Diposting oleh ................................

"MOTIVASI (PSIKOLOGI)"
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGETIAN DAN PRINSIP MOTIVASI

Di susun oleh: Bambang Hariadi 180 811 086
Kelas: E

Motiv merupakan salah satu aspek psikis yang paling berpengaruh dalam tingkah laku individu. Motif diartikan sebagai suatu keadaan yang sangat komplek dalam organisme (individu) yang mengarahkan perilakunya kepada satu tujuan,

baik disadari atau tidak. Perilaku tersebut bertujuan untuk mendapatkan insentif, jadi dapat disimpulkan bahwa adanya keinginan diluar need dan drives untuk memperoleh sesuatu hal. Definisi motif pun sangat beragam dari beberapa ahli yang membahas pokok persoalan ini. di antara definisi tersebut adalah motivasi yang terkandung dalam stimulasi kea rah tujuan tertentu, di mana sebelumnya tidak ada gerakan kea rah tujuan tersebut. Sementara itiu Omar Halik mengutip apa yang di sebutkan oleh Mc Donald yang menyebutkan : “ motivation is energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reactions” (motivasi adalah suatu perubahan energi dalam pribadi seseorang yang di tandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan).
Dari definisi yang kedua dapat di jelaskan di sini bahwa:
1. Motivasi di tandai dengan adanya perubahan energi. Perrubahan0perubahan motivasi yang menyertai motivasi di mulai dengan perubahan-perubahan tertentu dalam diri organisme.
2. Motivasi berkaitan dengan timbulnya afektif, yang semula berupa ketegangan kejiwaan dan berlanjut dengan adanya suasana emosi dan pada akhirnya menimbulkan perilaku yang bermotif. Gejala kejiwaan itu dapat di lihat secara langsung, akan tetapi ada juga yang tidak dapat di lihatdengan langsung. Gejala kejiwaan itu biasanya dapat terlihat ketika seseorang aktif belajar, karena akan di beri hadiah oleh guru atau orang tuanya.
3. Motivasi di tandai dengan adanya reaksi untuk mencapai tujuan tertentu. Sesorang yang mempunyai motivasi akan mengarah pada respon-respon yang mengarah pada satu tujuan. Selain motivasi juga di kenal juga kebutuhan, yang berarti kecenderungan-kecenderungan permanent dalam diri seseorang yang menimbulkan dorongan dan menimbulkan perilaku yang mencapai tujuan tertentu. Sedangkan tujuan itu sesuatu yang hendak di capai oleh suatu perbuatan yang pada gilirannya akan memuaskan kebutuhan.
Berbicara motiv hal tersebut tidak akan lepas dari lima hal sebagai berikut:
• Motivasi Sebagai Pengarah Tuju dan Penggerak Tindakan: “Perkataan Motivasi adalah berasal daripada perkataan Bahasa Inggeris - "MOTIVATION". Perkataan asalnya ialah "MOTIVE" yang juga telah dipinjam oleh Bahasa Melayu / Bahasa Malaysia kepada MOTIF, yakni bermaksud TUJUAN. Di dalam surat khabar, kerap pemberita menulis ayat "motif pembunuhan". Perkataan motif di sini boleh kita fahami sebagai sebab atau tujuan yang mendorong sesuatu pembunuhan itu dilakukan.” Jadi, ringkasnya, oleh kerana perkataan motivasi adalah bermaksud sebab, tujuan atau pendorong, maka tujuan seseorang itulah sebenarnya yang menjadi penggerak utama baginya berusaha keras mencapai atau mendapat apa juga yang diinginkannya sama ada secara negatif atau positif.
• Motivasi Sebagai Pendorong: Tujuan atau motif adalah sama fungsinya dengan matlamat, wawasan, aspirasi, hasrat atau cita-cita. Jadi, wawasan, cita-cita, impian, keinginan atau keperluan seseorang itu malah bagi sesebuah negara merupakan pendorong utama yang menggerakkan usaha bersungguh-sungguh untuk mencapai apa yang dihajatkan. Lebih penting sesuatu yang ingin dicapai, dimiliki, diselesaikan atau ditujui, lebih serius dan lebih kuatlah usaha seseorang, sesebuah keluarga, organisasi, masyarakat atau negara untuk mencapai apa juga matlamat yang telah ditetapkan. Jadi, dengan matlamat atau hasrat yang lebih penting atau besar, lebih kuatlah pula dorongan atau motivasi seseorang itu untuk berusaha bagi mencapai matlamatnya.
• Motivasi Sebagai Darjah Kesungguhan: Tahap kepentingan sesuatu yang seseorang ingin capai, memberi kesan terhadap tahap kesungguhannya berusaha. Sungguhpun masa untuk mencapainya agak lama, tetapi jika apa yang dihasratkan itu amat penting, ia akan terus tetap mempunyai keinginan atau kesungguhan untuk berusaha sehinggalah matlamatnya tercapai.
• Motivasi Sebagai Stimulator: Untuk menjelaskan maksud ini, saya ingin ambil kisah berikut:
Seseorang lelaki dan wanita yang sedang saling amat cinta mencintai sehingga telah berjanji untuk hidup bersama, akan berusaha dengan penuh kesungguhan untuk menjadi suami isteri walaupun menghadapi pelbagai halangan untuk berbuat demikian. Itulah sebabnya, ramai pasangan yang kita dengar pergi bernikah ke luar negara apabila ada halangan yang tidak membolehkan mereka mendapat sijil perkahwinan di dalam negara atas sebab halangan undang-undang. Seperti kata pepatah Melayu "Nak, seribu daya. Tak nak, seribu dalih."
• Motivasi Sebagai Pemangkin Keberanian: Untuk menjelaskan maksud ini, saya ingin menceritakan sedikit pengalaman saya semasa kanak-kanak dahulu. Semasa saya baru berusia kira-kira 10 tahun, saya amat takut berada di tempat gelap, sebab takut akan "terjumpa hantu". Amalan di kampung saya terutamanya pada tahun-tahun 60an dan 70an ialah apabila seseorang ahli keluarga meninggal dunia, pada rumah orang yang meninggal dunia itu hendaklah ada orang yang tidak tidur atau berjaga sampai pagi, selama tujuh hari. Amalan ini dipanggil "modtudau". Suatu hari, ada kematian di kampung saya. Masa itu, banyak cerita tentang "hantu bangkit" di tempat kelahiran saya (Kundasang, Ranau, Sabah - Kini Kundasang adalah sebuah pusat peranginan yang terkenal di rantau ini). Kerana minat "modtudau", saya tidak melepaskan peluang untuk "modtudau" bersama.
• Motivasi Sebagai Pemangkin Keberanian: Untuk menjelaskan maksud ini, saya ingin menceritakan sedikit pengalaman saya semasa kanak-kanak dahulu. Semasa saya baru berusia kira-kira 10 tahun, saya amat takut berada di tempat gelap, sebab takut akan "terjumpa hantu". Amalan di kampung saya terutamanya pada tahun-tahun 60an dan 70an ialah apabila seseorang ahli keluarga meninggal dunia, pada rumah orang yang meninggal dunia itu hendaklah ada orang yang tidak tidur atau berjaga sampai pagi, selama tujuh hari. Amalan ini dipanggil "modtudau". Suatu hari, ada kematian di kampung saya. Masa itu, banyak cerita tentang "hantu bangkit" di tempat kelahiran saya (Kundasang, Ranau, Sabah - Kini Kundasang adalah sebuah pusat peranginan yang terkenal di rantau ini). Kerana minat "modtudau", saya tidak melepaskan peluang untuk "modtudau" bersama.
Aktivitas belajar bukanlah suatu kegiatan yang dilakukan yang terlepas dari faktor lain. Aktivitas belajar merupakan kegiatan yang melibatkan unsur jiwa dan raga. Belajar tak akan pernah dilakukan tanpa suatu dorongan yang kuat baik dari dalam yang lebih utama maupun dari luar sebagai upaya lain yang tak kalah pentingnya. Faktor lain yang mempengaruhi aktivitas belajar seseorang itu dalam pembahasan ini disebut motivasi. Motivasi adalah gejala psikologis dalam bentuk dorongan yang timbul pada diri sesorang sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Motivasi bisa juga dalam bentuk usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya.
Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktivitas belajar seseorang. Tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar. Agar peranan motivasi lebih optimal, maka prinsip-prinsip motivasi dalam belajar tidak hanya diketahui, tetapi juga harus diterangkan dalam aktivitas belajar mengajar. Kalau kita kembali ke konsep dasar motivasi. Kita pasti akan bertemu dengan Definisi Dasar Motivasi, yaitu : suatu dorongan / rangsangan yang mampu menggerakkan kita untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh, motivasi anda untuk blogging, berkarir, berbisnis. Bisa dipastikan, bahwa semua itu bisa terjadi, karena adanya dorongan-dorongan motivasi yang anda terima. Sehingga anda mau melakukannya dengan penuh antusias.
Sedangkan prinsip-prinsip motivasi itu terbagi menjadi 12 bagian, sebagai berikut:
 Pujian Lebih Efektif Daripada Hukuman. Hukuman bersifat menghentikan suatu perbuatan, sedangkan pujian bersifat menghargai apa yang di lakukan. Oleh karena itu pujian lebih besar nilanya daripada hukuman dalam motivasi.
 Semua siswa mempunyai kebutuhan psikologis (yang bersifat dasar) yang harus mendapatkan pemuasan. Kebutuhan-kebutuhan itu muncul dalam bentuk yang tidak sama. Anak didik yang dapat memenuhi kebutuhannya secara efektif melalui aktivitas belajarnya, hanya membutuhkan sedikit bantuan dalam motivasinya.
 Motivasi berasal dari dalam inidividu (internal) lebih baik daripada yang berasal dari luar individu (eksternal). Motivasi yang bersifat internal biasanya lebih kuat dan lebih bertahan lama daripada motivasi yang bersifat eksternal.
 perbuatan yang sesuai dengan keinginan memerlukan penguatan (reinforcement)
 motivasi mudah di alihkan kepada orang lain.
 pemahaman yang benar terhadap tujuan belajar akan merangsang motivasi
 tugas-tugas dan keinginan yang bersumber dari diri sendiri akan lebih kuat di kerjakan daripada yang bersal dari orang lain.
 pujian yang datangnya dari luar kadang kala di perlukan dan cukup efektif untuk merangsang minat belajar.
 teknik dan metode mengajar guru yang bervariasi akan menumbuh kembangkan minat belajar siswa.
 minat tertentu yang dimiliki siswa akan mendukung untuk mempelajari minat yang lain.
 sesuatu yang dapat merangsang anak yang kemampuannya kurang, tidak dapat secara otomatis merangsang mereka yang kemampuannya tinggi.
 motivasi yang tinggi erat kaitannya kreativitas siswa.
B. TEORI MOTIVASI
(Di susun Oleh: Mohlis 180 811 275)
Kelas: E
Sebelum kita membahas berbagai teori motivasi, maka perlu kita ketahui terlebih dahulu apa pengertian daripada teori itu sendiri. Teori dalam ilmu pengetahuan “berarti model atau kerangka pikiran yang menjelaskan fenomena alami atau fenomena sosial tertentu. Teori dirumuskan, dikembangkan, dan dievaluasi menurut metode ilmiah. Teori juga merupakan suatu hipotesis yang telah terbukti kebenarannya.”
Selama paling sedikit dua ribu tahun, para filsuf barat meneliti “alasan” dan “hasrat”, dua unsur berbeda yang diyakini bertentangan. Baru kemudian pada pertengahan abad ke-19, studi mengenai motivasi memperlihatkan kaitan keduanya. Ketika itu sangat dipengaruhi oleh Teori Evolusi dari Charles Darwin yang menyatakan bahwa manusia berevolusi dalam pergulatan keras dengan alam (Selection of Natural). Ahli Biologi dan Psikologi menyatakan “hasrat” seperti itu secara mekanis mengendalikan tubuh manusia untuk memenuhi kebutuhan badaniah-nya. Sebagai contoh, seseorang yang merasa lapar karena mengerutnya perut yang kosong, akan termotivasi untuk makan. Motivasi internal seperti ini menjadi alasan yang lebih diterima daripada alasan eksternal, seperti alasan karena mencium bau sedap makanan. Sementara itu, beberapa eksperimen yang diadakan oleh seorang psikolog, R.S. Woodworth, dengan cara persaingan (competition), persaingan diri (self competition) dan pembuatan jarak (pace maker). Membuktikan bahwa perangsang-perangsang dapat menimbulkan “motif” untuk mencapai tujuan. Motiv itu mempunyai sebuah teori yang pembagiannya di bagi menjadi 5 bagian:
 Teori Hedonisme: Hedonisme adalah bahasa yunani yang berarti kesukaan, kesenangan atau kenikmatan. Berbicara mengenai hedonisme, maka kita tidak bisa mengesampingkan seorang filosof Yunani yang dinilai punya peranan signifikan dalam membangun epistemologi hedonisme, yaitu Epicurus of Sámos karena Hedonisme adalah suatu aliran di dalam filsafat yang memandang bahwa tujuan hidup utama bagi manusia adalah mencari kesenangan yang bersifat duniawi. Pada abad. Ketujuh belas, hobbes bahwa apapun alasannya yang di berikan seseorang untuk perilakunya, sebab-sebab terpendam untuk semua perilaku itu adalah kecenderungan untuk mencari kesenangan dan menghindari kesusahan. Oleh karenanya setiap menghadapi persoalan perlu adanya pemecahan, menusia cenderung memilih Alternatif pemecahan yang dapat mendatangkan kesenangan daripada yang mengakibatkan kesukaran, kesulitan, dan penderitaan. Implikasi dari teori ini adalah adanya anggapan bahwa semua orang cenderung menghindari hal-hal yang menyulitkan dan lebih menyukai melakukan perbuatan yang mendatangkan kesenangan. Siswa di kelas merasa gembira dan bertepuk tangan ketika mendengarkan pengumuman dari kepala sekolah bahwa guru matematika yang mereka benci tidak bisa mengajar karena sakit. Menurut teori Hedonisme, para siswaharus di beri motivasi secara tepat agar tidak malas belajar matematika dengan cara memnuhi kesenangannya.
 Teori Naluri (psikonalisis): Naluri atau insting adalah suatu pola perilaku dan reaksi terhadap suatu rangsangan tertentu yang tidak dipelajari tapi telah ada sejak kelahiran suatu makhluk hidup dan diperoleh secara turun-temurun (filogenetik). Dalam psikoanalisis, naluri dianggap sebagai tenaga psikis bawah sadar yang dibagi atas naluri kehidupan (eros) dan naluri kematian (thanos). Teori naluri ini berdasarkan tiga pokok dorongan nafsu:
 Dorongan nafsu (naluri) mempertahankan diri.
 Dorongan nafsu (naluri) mengembangkan diri.
 Dorongan nafsu (naluri) mengembangkan/mempertahnkan jenis.
Teori naluri ini merupakan bagian terpenting dari pandangan mekanisme terhadap manusia. Naluri merupakan suatu kebutuhan psikologis bawaan, yang mempengaruhi anggota tubuh untuk berlaku dengan cara tertentu dal;am keadaan tepat. Sehinnga semua pikiran dan perilaku manusia merupakan hasil yang di wariskan dan tidak ada hubungannya dengan akal. Menurut teori naluri, seseorang tidak memilih tujuan dan perbuatan, akan tetapi di kuasai oleh kekuatan-kekuatan bawaan, yang menentukan tujuan dan perbuatan yang akan di lakukan. Freud juga percaya bahwa dalam diri manusia ada sesuatu yang tanpa di sadari menentukan setiap sikap dan perilaku manusia.
 Teori Reaksi yang Di Pelajari: Adalah teori seorang pemimpin dan guru, jika akan membteori ini bebeda dengan pandangan dengan tindakan atau perilaku manusia yang berdasarkan naluri-naluri, teerikan motivasi kepada siswa atau bawahannya hendaknya mengetahui latar belakang, lingkungan dan kebudayaan masing-masing, sehingga perlu adanya pelayanan yang berbeda-beda (tidak sama cara memotivasinya). Teori ini berbeda dengan tindakan atau perilaku manusia yang berdasarkan naluri-naluri, tetapi berdasarkan pola dan tingkah laku yang di pelajari dari kebudayaan di tempat orang itu hidup. Orang belajar paling banyak dari lingkungan kebudayaan di tempat ia hidup dan di besarkan. Oleh karena itu teori ini di sebut juga teori lngkungan kebudayaan. Menurut teori ini, apabila seorang pemimpin atau seorang pendidik akan memotivasi bawahannya atau anak didiknya, maka pemimpin atau pendidik itu hendaknya mengetahui benar-benar latar belakang kehidupan dan kebudayaan orang-orang yang di pimpinnya.
 Teori Daya Pendorong: (Drive Theori): Teori ini meruoakan paduan antara “Teori Naluri dan Teori Reaksi yang Di Pelajari” titik tolak dari teori ini terletak pada perbedaan Lingkungan Kebudayaan dan Naluri. Contoh: Memotivasi anak sejak kecil yang di besarkan di gunung kidulakan berbeda dengan memotivasi anak yang sejak kecil di besarkan di kota medan, meskipun yang di hadapi itu sama. Daya pendorong adalah semacam naluri, tetapi hanya suatu dorongan kekuatan yang luas terhadap suatu arah yang umum. Misalnya suatu daya pendorong terhadap lawan jenis. Semua orang dalam setiap kebudayaan pasti mempunyai daya pendorong terhadap lawan jenis. Namun cara-cara yang di gunakan berbeda bagi setiap individu, dan hal itu tergantung bagi latar belakang dan kebudayaan masing-masing.
 Teori Kebutuhan: Teori ini beranggapan bahwa tindakan yang di lakukan oleh manusia pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik atau kebutuhan psikis.
Maslow menyusun lima jenis kebutuhan secara berjenjang karena, seperti yang dia amati, beberapa kebutuhan baru menampakkan diri ketika kebutuhan pada level bawahnya terpenuhi, dan sebaliknya. Sebagai contoh, kalau anda seorang pengangguran tak berduit dan tidak ada orang yang bersedia menanggung kebutuhan hidup kamu padahal perut sangat lapar, pikiran kamu akan dipenuhi keinginan untuk memperoleh makanan (kebutuhan fisiologis) dan cenderung untuk melepaskan sementara kebutuhan lain, misalnya kebutuhan akan rasa aman (anda nyolong bakpao di pasar dengan risiko digebuki massa), atau kebutuhan akan rasa harga diri (berapa sih harga diri yang anda korbankan dengan menjadi maling bakpao?). orang Jawa melukiskan keadaan ini dengan istilah “Wong ngelih pikirane ngalih”.
Berikut adalah paparan maslow tentang kebutuhan.
1. Kebutuhan fisiologis (physiological needs): Kebutuhan yang paling mendasar. Oksigen untuk bernapas, air untuk diminum, makanan, tidur, buang hajat kecil maupun besar, dan seks merupakan contoh kebutuhan fisiologis.
2. Kebutuhan akan rasa aman dan keselamatan (safety and security needs): Kebutuhan akan rasa aman dan tentram mencakup lingkungan yang bebas dari segala bentuk ancaman, pekerjaan yang jelas, keamanan atas alat atau instrumen yang dipergunakan dalam beraktivitas. Dari hirarki kebutuhan tersebut dapat dilihat bahwa prioritas pemenuhan kebutuhan sangat ditentukan oleh tingkatan kebutuhan yang ada. Seiring dengan adanya berbagai kebutuhan individu, maka alasan individu untuk bekerja menjadi banyak pengikutnya sehingga pekerjaan memiliki makna tertentu bagi individu. Dilihat dari sudutd pandang psikologi, maka suatu pekerjaan memiliki beberapa makna sebagai berikut :

• Instrumen (Instrumental) Bekerja adalah suatu alat atau instrumen, hal ini dibagi menjadi dua bagian yaitu sebagai alat untuk mendapatkan penghasilan dan sebagai alat untuk melakukan aktivitas. Dalam hal ini bekerja merupakan instrumen untuk beraktivitas, sangatlah jelas bagi kita bahwa dengan kita bekerja maka semua kegiatan seolah-olah menjadi terprogram.
• Kesenangan (Enjoyment) Sejalan dengan aktivitas yang dilakukan sebagai konsekuensi logis dari bekerja, maka tidak jarang individu menemukan berbagai kesenangan dalam bekerja. Dengan kesenangan yang dimilikinya maka individu akan berfungsi secara optimal sehingga bermanfaat bagi perkembangan jiwanya dan juga memudahkannya dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya.
• Pemenuhan diri (Self fulfillment) Setiap orang ingin mengaplikasikan semua talenta yang dimiliki. Dengan bekerja maka individu memiliki kesempatan untuk mengaplikasikan semua kemampuan yang dimilikinya atau dengan kata lain bekerja memungkinkan seseorang untuk dapat mengaktualisasikan dirinya. Lewat pekerjaan, menghasilkan suatu karya cipta dan akan memperoleh pengakuan atau hasil karya tersebut, sehingga akan semakin memiliki diri yang positif dan memiliki rasa percaya diri yang tinggi.
• Institusi Sosial (Social institution) Pekerjaan akan menciptakan suatu institusi sosial. Dengan bekerja individu akan terikat dalam suatu institusi sosial yang memiliki aturan main sendiri yang berbeda dengan yang lain, sehingga dengan bekerja relasi sosial akan terbukan lebar dan terjalin hubungan interpersonal.
Dengan adanya paparan di atas maka dapat kami simpulkan bahwa kebutuhan rasa aman dan tentram adalah Setiap individu mempunyai kebutuhan akan rasa aman dan keselamatan. Jika kebutuhan fisiologis di atas telah terpenuhi, maka akan timbul dorongan yang kuat akan kebutuhan rasa aman ini. Karena kebutuhan rasa aman ini terpuasnya pada orang dewasa yang normal dan sehat, maka cara terbaik untuk memahaminya ialah dengan mengamati anak atau orang dewasa yang mengalami gangguan neorotik.
3. Kebutuhan untuk di terima dan di cinta: Kebutuhan ini adalah kebutuhan yang di alami oleh setiap manusia dalam pergaulan sehari-harinya, yang mana ia berusaha untuk di akui sebagai bagian dalam suatu komunitas social. Menurut Maslow “tanpa cinta pertumbuhan dan perkembangan kemampuan seseorang akan terhambat.” Para petugas klinis berulang kali bahwa bayi membutuhkan cinta.banyak sarjana psikopatologi terhalangnya pemuasan kebutuhan akan cinta menjadi sebab utama adanya penyesuaian.
4. Kebutuhan akan pengahargaan: Kita sering melihat dan membaca istilah "harga diri". Secara sederhana dapat dikatakan bahwa rasa harga diri itu merupakan
pikiran dan keyakinan yang ada di dalam batin seseorang. Pikiran dan
keyakinan itu mengatakan kepada Anda bahwa Anda adalah seorang yang berharga, dan bahwa Anda cukup mempunyai kemampuan dan cukup disukai. Jika Anda memilih untuk mempercayai pendapat semacam ini tentang diri Anda, Anda kemudian mengharapkan agar orang lain juga mempunyai pandangan yang sama terhadap diri Anda dan menyukai Anda. Dan karena Anda yakin bahwa Anda cukup berarti atau berharga, cukup mampu, dan cukup disukai, maka Anda akan cenderung untuk bersikap terbuka, ramah, optimis, rajin, rapi, dan berani. Sebaliknya, jika Anda atau anak Anda kurang mempunyai rasa harga diri, lalu merasa diri tidak mampu, tidak disukai, atau merasa diri tidak berharga atau tidak layak, Anda cenderung untuk berharap bahwa segala usaha Anda akan gagal. Anda menyangka bahwa orang-orang lain akan menolak dan meninggalkan Anda, dan memandang kehidupan Anda sebagai suatu kegagalan. Akibatnya, energi Anda akan dipusatkan untuk menjaga agar orang lain tidak mengetahui bagaimana Anda itu sebenarnya. Karena Anda menantikan penolakan dan kecaman, Anda cenderung untuk bersikap memusuhi, tertutup, dan tidak ramah. Karena menyangka akan gagal, maka Anda cenderung untuk menjadi malas, membatasi diri dan menyimpang atau melantur ke mana-mana. Dan karena Anda merasa diri tidak berharga, Anda akan mengabaikan kesehatan dan penampilan Anda. Atau Anda akan memakai waktu berjam-jam untuk mengatur agar penampilan Anda secara lahiriah terlihat cantik untuk mengelabui setiap orang agar semua percaya bahwa Anda mempunyai kepribadian yang baik. Maslow menemukan bahwa setiap orang memiliki katagori kebutuhan akan penghargaan yakni harga diri dan penghargaan dari orang lain. Harga diri meliputi akan kebutuhan akan kepercayaan diri, kompetensi, penguasaan, ketidak tergantungan dan kebebasan. Sedangkan penghargaan diri dari orang lain meliputi prestise, pengakuan, penerimaan, perhatian, kedudukan, dan nama baik.
5. Kebutuhan akan aktualisasi diri: Salah satu kebutuhan dasar manusia untuk tetap hidup normal adalah aktualisasi diri. Manusia perlu mencari lingkungan (atau kalau perlu menciptakannya sendiri) di mana ia bisa benar-benar menghayati keberadaannya. Setiap orang ingin merasakan nikmatnya menjadi orang yang berarti bagi sekitarnya. Tidak ada orang yang mau diabaikan. Setiap orang harus berkembang sepenuh kemampuannya. Pemaparan tentang psikologis untuk menumbuhkan mengembangkan dan menggunakan kemampuan untuk di sebut aktualisasi diri, dan merupakan salah satu aspek penting teorinya tentang motivasi manusia. Maslow juga menjelaskan kebutuhan ini sebagai hasrat untuk semakin menjadi diri sepenuh kemampuan sendiri, menjadi apa saja menurut kemampuannya.




C. TUJUAN MOTIVASI

(Di susun oleh: Zainulloh 180 811 435)
Kelas: E

Motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Adapun menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya "feeling" dan di dahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald ini mengandung tiga elemen/ciri pokok dalam motivasi itu, yakni motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling, dan dirangsang karena adanya tujuan. Namun pada intinya bahwa motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai.
Sedangkan tujuan dari motivasi itu sendiri di sini terbagi menjadi tiga bagian:
1. Tujuan secara umum: adalah tujuan untuk mengerakkan atau seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu.
2. Tujuan Bagi Seorang Guru: Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah masalah bagi guru. Karena di dalam diri siswa tersebut ada motivasi, yaitu motivasi intrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadaran sendiri memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada disekitarnya, kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya. Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Di sini tugas guru adalah membangkitkan motivasi peserta didik sehingga ia mau melakukan belajar.
Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut:
 Menjelaskan Tujuan Belajar Ke Peserta Didik. Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada siswa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.
 Hadiah. Berikan Hadiah Untuk Siswa Yang Berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.
 Saingan/kompetisi. Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
 Pujian. Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun.
 Hukuman. Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.
 Membangkitkan Dorongan Kepada Anak Didik Untuk Belajar.
Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik.
 Membentuk kebiasaan belajar yang baik.
 Membantu Kesulitan Belajar Anak Didik Secara Individual Maupun Kelompok
 Menggunakan Metode Yang Bervariasi
 Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Dari pemaparan di atas kami dapat menyimpulkan bahwa tujuan Motivasi bagi seorang guru adalah: untuk menggerakkan atau memacu siswa agar timbul keinginan dan kemauannya untuk mencapai prestasi belajar sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai yang di harapkan dan ditetapkan kurikulum.
3. Tujuan Motivasi Bagi Pemimpin: Pemimpin Menurut Miftha Thoha dalam bukunya dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang. Menurut Herzberg, yang tergolong sebagai faktor motivasional antara lain ialah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain. Sedangkan faktor-faktor hygiene atau pemeliharaan mencakup antara lain status seseorang dalam organisasi, hubungan seorang individu dengan atasannya, hubungan seseorang dengan rekan-rekan sekerjanya, teknik penyeliaan yang diterapkan oleh para penyelia, kebijakan organisasi, sistem administrasi dalam organisasi, kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku.
Jadi disini jelas bahwa pemimpin bisa menggunakan teori ini untuk memotivasi bawahannya agar dapat bekerja lebih baik dan berprestasi dengan melihat kebutuhan bawahannya dan memberikan penghargaan bagi karyawan yang berprestasi supaya bawahan yang lain dapat termotivasi untuk lebih berprestasi lagi dan bekerja lebih baik.
Teori selanjutnya yang sering digunakan adalah teori Macclelland (teori kebutuhan berprestasi) Teori motivasi itu sendiri adalah sebuah pikiran atau cara untuk memotivasi seseorang terhadap seseorang atau sekelompok orang lain agar mendapatkan sebuah pencerahan yang berupa semangat.






D. KONSEP DAN JENIS-JENIS MOTIVASI

Disusun oleh: AGUS WAHYUDI 180 811 039
Kelas : E

1. Konsep Motivasi
Motivasi merupakan jantungnya proses belajar. Oleh kerana motivasi begitu penting dalam proses pembelajaran, maka tugas guru yang pertama dan terpenting adalah membangkitkan atau membangun motivasi pelajar terhadap apa yang akan dipelajari oleh pelajar. Motivasi bukan sahaja menggerakkan tingkah laku, tetapi juga mengarahkan dan memperkuat tingkah laku. Pelajar yang bermotivasi dalam pembelajaran akan menunjukkan minat, semangat dan ketekunan yang tinggi dalam pelajaran, tanpa banyak bergantung kepada guru.
Apakah perkara yang menggerak dan menentukan tingkah laku seseorang itu? Antara traits yang selalu dikaitkan dengan konsep motivasi ialah : Keinginan (drives), keperluan (needs), insentif, rasa takut (fears), matlamat (goals), tekanan sosial (social pressure), kepercayan diri (self-confidence), minat (interests), rasa ingin tahu (curiousity), kepercayaan (beliefs), nilai (values), pengharapan (expectations), dan berbagai lagi.
Konsep motivasi juga dapat dijelaskan berdasarkan ciri-ciri individu atau traits. Sebagai contohnya, ada pelajar yang bertindak melakukan sesuatu disebabkan keinginan yang tinggi untuk berjaya; tetapi ada pula yang bertindak disebabkan takut untuk gagal; mungkin juga mereka bertindak kerana minat yang sangat mendalam dalam perkara itu, dan mungkin pula semata-mata disebabkan rasa bertanggung jawab kepada kedua ibubapak yang menaruh harapan begitu tinggi terhadap mereka.
Ada pula ahli Psikologi yang berpendapat bahawa konsep motivasi dirujukkan kepada keadaan diri seseorang buat masa itu sahaja. Sebagai contoh, semua pensyarah yang mengikuti kelas psikologi berusaha memberi sepenuh perhatian terhadap kuliah hari itu kerana mereka tahu apa yang diajar penting untuk ujian kenaikan pangkat. Pada dasarnya, motivasi yang terbentuk pada sesuatu ketika itu adalah gabungan antara traits diri dan keperluan pada masa itu. Persoalan yang boleh diajukan kepada diri sendiri: Adakah saya berada dalam bilik kuliah hari ini disebabkan saya menghargai ilmu, atau adakah kerana saya perlu menduduki ujian?
Satu kesimpulan boleh dibuat bahawa motivasi bergantung kepada dua faktor, yaitu faktor dalam dan faktor luar yang masing-masing dikenal sebagai motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
2. Jenis-jenis Motivasi
Menurut para pakar motivasi terdapat dua jenis motivasi yang umum, yaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah keinginan bertindak yang disebabkan oleh faktor pendorong yang murni berasal dari dalam diri individu, dan tujuan tindakan itu terlibat di dalam tindakan itu sendiri, bukan di luar tindakan tersebut. Berbeda dengan motivasi ekstrinsik, yaitu keinginan bertingkah laku sebagai akibat dari adanya rangsangan dari luar atau kerana adanya kekuasaan dari luar. Tujuan bertingkah laku pun tidak terlibat dalam tingkah laku itu sendiri, tetapi berada di luar tindakan tersebut.
a. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik merupakan motivasi yang berasal dari rangsangan di dalam diri setiap individu. Ia terdiri dari pada dorongan dan minat individu untuk melakukan suatu aktivitas tanpa mengharap ataupun meminta ganjaran. Sebagaimana yang sudah dibicarakan, Bruner (1966) mengaitkan motivasi intrinsik ini dengan naluri ingin tahu dan dorongan mencapai kemudahan belajar bagi murid yang baru masuk sekolah. Bagaimanapun, bukan semua motivasi intrinsik diwujudkan secara nyata, akan tetapi ada juga motivasi intrinsik yang dibentuk melalui pembelajaran dan pengalaman yang membawa kepuasan. Contohnya, kebisaaan membaca buku cerita dan bermain alat musik merupakan gerakan motivasi intrinsik yang dibentuk berdasarkan pembelajaran dan pengalamannya.
Harter (1981) mengenal pasti lima dimensi kecenderungan motivasi intrinsik dalam bidang pembelajaran. Dimensi-dimensi ini adalah insentif bekerja untuk memuaskan minat dan sifat ingin tahu, percobaan untuk mencapai penguasaan yang bebas, penilaian yang bebas berkenaan dengan apa yang hendak dilakukan di dalam kelas dan semangat untuk dapat meraih keberhasilan. Pelajar yang lebih cenderung ke arah motivasi intrinsik menyukai pekerjaan yang menantang. Mereka mempunyai insentif yang lebih untuk belajar memanfaatkan kepuasan diri sendiri daripada mengambil hati guru untuk mendapatkan nilai yang baik. Mereka lebih suka mencoba mengatasi masalah dengan sendirinya daripada bergantung pada bantuan ataupun bimbingan guru. Mereka juga menerapkan suatu sistem penguasaan target dan taraf pencapaian yang memperbolehkan mereka membuat penilaian yang bebas berkenaan dengan keberhasilan ataupun kegagalan mereka di dalam kelas tanpa bergantung pada guru untuk mendapatkan hasil ataupun penilaian.
b. Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik diwujudkan dalam bentuk rangsangan dari luar yang bertujuan menggerakkan individu untuk melakukan suatu aktivitas yang membawa manfaat kepada individu itu sendiri. Motivasi ekstrinsik ini dapat dirangsang dalam bentuk-bentuk seperti pujian, insentif, hadiah, dan nilai. Selain itu membentuk suasana dan lingkungan yang kondusif juga dapat dikategorikan kedalam bentuk motivasi ekstrinsik, karena hal tersebut dapat mendorong seorang pelajar untuk lebih giat belajar.
Contoh motivasi ekstrinsik yaitu, pujian yang diberikan oleh guru kepada seorang anak didiknya karena pekerjaannya yang baik akan menyebabkan daya usaha atau motivasi anak didiknya tersebut meningkat. Dalam hal ini berlakulah apa yang dikenal dengan “hukum pengaruh” yang menyatakan bahwa manusia cenderung untuk mengulangi perilaku yang mempunyai konsekwensi yang menguntungkan dirinya (konsekwensi positif) dan mengelakkan perilaku yang mengakibatkan timbulnya konsekwensi yang merugikan (konsekwensi negatif).
Konsekwensi positif ialah stimulus atau peristiwa yang menyebabkan kemajuan dalam pembelajaran ataupun perubahan kelakuan kearah yang positif. Konsekwensi ini lazimnya menggembirakan dan dapat disebut sebagai ganjaran. Contoh yang sangat sederhana ialah seorang juru ketik yang mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik dalam waktu singkat. Juru ketik tersebut mendapat pujian dari atasannya. Pujian tersebut berakibat pada kenaikan gaji yang dipercepat. Karena juru ketik tersebut menyenangi konsekwensi perilakunya itu, ia lalu terdorong bukan hanya bekerja lebih tekun dan lebih teliti, akan tetapi bahkan berusaha meningkatkan keterampilannya, misalnya dengan belajar menggunakan komputer sehingga kemampuannya semakin bertambah, yang pada gilirannya diharapkan mempunyai konsekwensi positif lagi di kemudian hari.
Konsekwensi yang tidak menyebabkan kemajuan dalam pembelajaran adalah konsekwensi negatif. Konsekwensi negatif adalah stimulus atau peristiwa yang diberikan setelah suatu respons berlaku, sehingga dimungkinkan akan mengakibatkan peningkatan respons itu. Sebagai contohnya adalah guru yang memberikan konsekwensi mengelakkan sesuatu yang menghalang pelajar daripada memberikan perhatian dalam kelas supaya pelajar itu dapat menumpukan perhatian pada konsekwensi utama.
Antara jenis konsekwensi, terdapat konsekwensi utama dan konsekwensi sekunder. Konsekwensi utama terdiri dari benda ataupun peristiwa yang memberi kesan langsung kepada kelakuan seseorang dan tidak bergantung pada pembelajaran suatu konsekwensi. Contohnya, gula-gula dan mainan. Anak-anak yang diberi gula-gula apabila dia berkelakuan baik akan terus berkelakuan baik karena mereka tahu mereka akan mendapat ganjaran itu.
Konsekwensi utama ini diberikan kepada pelajar karena mereka belum tahu cara bertindak apabila mendapat konsekwensi sekunder. Konsekwensi sekunder ialah stimulus atau peristiwa yang memperkuat suatu respons melalui pembelajaran. Konsekwensi ini bersifat linguistik ataupun sosial. Contohnya pujian guru, perhatian guru, marah, senyuman dari guru ataupun apapun yang mengisyaratkan perasaan seorang guru. Konsekwensi ini menjadi konsekwensi sekunder setelah berlakunya pembelajaran beberapa lama. Menurut Walberg (1986), kedua jenis konsekwensi ini penting bagi peningkatan kualitas dan kuantitas pembelajaran anak didik (pelajar).
Di dalam kelas, guru perlu mengetahui jenis konsekwensi yang hendak diberikan dan seberapa sering guru perlu memberikan konsekwensi tersebut kepada muridnya. Ada konsekwensi yang dapat diberikan dengan sering, contohnya pujian, dukungan ataupun bujukan. Menurut Kazdin(1984), konsekwensi lebih berkesan apabila diberikan sesering mungkin pada peringkat pembelajaran baru. Oleh karena itu, pada saat pelajar berada dalam tahap awal untuk mempelajari sesuatu (kewajiban baru), mereka sebaiknya diberi pujian dan dukungan sesering mungkin.Hukuman adalah suatu bentuk konsekwensi negatif dan ia sebaiknya tidak diberikan. Hukuman lazimnya digunakan oleh guru untuk menghapuskan kelakuan pelajar yang tidak baik. Hukuman ini mungkin berupa pekerjaan tambahan, skorsing, hukuman fisik dan berbagai jenis hukuman lainnya. Guru juga dapat menggunakan sindiran, kemarahan dan kritikan untuk menghukum kelakuan pelajar. Hampir semua jenis hukuman memberikan kesan buruk kepada pelajar. Oleh karena itu, konsekwensi jenis ini lebih baik tidak dilakukan. Hukuman boleh diberikan apabila jenis hukuman itu dibenarkan oleh pihak sekolah ataupun sesuai dengan ajaran yang diberlakukan.








E. BENTUK-BENTUK MOTIVASI
(Disusun oleh: Ach. Mubarok 180 811 027)
Kelas: E
Motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Adapun menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya "feeling" dan di dahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald ini mengandung tiga elemen/ciri pokok dalam motivasi itu, yakni motivasi itu mengawalinya terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling, dan dirangsang karena adanya tujuan.
Namun pada intinya bahwa motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.
Motivasi ada dua, yaitu motivasi Intrinsik dan motivasi ektrinsik.
• Motivasi Intrinsik. Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri.
• Motivasi Ekstrinsik. Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar.

Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah masalah bagi guru. Karena di dalam diri siswa tersebut ada motivasi, yaitu motivasi intrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadaran sendiri memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada disekitarnya, kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya.
Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Di sini tugas guru adalah membangkitkan motivasi peserta didik sehingga ia mau melakukan belajar.
Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut:
1. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik. Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada siwa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.
2. Hadiah Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.
3. Saingan/kompetisi Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
4. Pujian Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun.
5. Hukuman Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.
6. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar
Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik.
7. Membentuk kebiasaan belajar yang baik.artinya dalam motivasi ini telah membiasakan sesuatu kebaikan.baik secara prilaku,kata-kata,dan penampialan.
8. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok.makud dari membetuk kesulitan ini seperti halnya memberikan sbuah tugas baik dikelas maupun di luar kelas.seperti. Memberi Ulangan
Ulangan bisa dijadikan sebagai motivasi, anak didik biasanya mempersiapkan diri dengan belajar jauh-jauh hari untuk menghadapi ulangan. Oleh karena itu, ulangan merupakan strategi yang cukup baik untuk memotivasi anak didik agar lebih giat belajar. Namun demikian, ulangan tidak selamanya dapat digunakan sebagai alat motivasi. Ulangan yang guru lakukan setiap hari dengan tak terprogram, hanya karena selera, akan membosankan anak didik.
Oleh karena itu,ulangan akan menjadi alat motivasi bila dilakukan secara akurat dengan teknik dan setrategi yang sestematis dan terencana
9. Menggunakan metode yang bervariasi,dalam metode ini bisa mengetahui sifat-sifat atau karakter yang akan diberikan motivasi
10. Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran
11. Minat
Minat adalah kecendrungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas. Dengan kata lain, minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat tidak hanya diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan anak didik lebih menyukai sesuatu dari pada yang lainnya, tetapi dapat juga diimplementasikan melalui partisipasi aktif dalam suatu kegiatan. Anak didik yang berminat terhadap sesuatu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap sesuatu yang diminat itu dan sama sekali tidak menghiraukan sesuatu yang lain. Minat terhadap sesuatu itu dipelajari dan dapat mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat-minat baru. Jadi, minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan cenderung mendukung aktivitas belajar berikutnya.
Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Anak didik yang berminat terhadap suatu mata pelajaran akan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh, karena ada daya tarik baginya. Anak didik mudah menghafal pelajaran yang menarik minatnya. Minat merupakan alat motivasi yang utama yang dapat membangkitkan kegairahan belajar anak didik dalam rentangan waktu tertentu. Oleh karena itu, guru perlu membangkitkan minat anak didik agar pelajaran yang diberikan mudah anak didik pahami.


BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

• Motif diartikan sebagai suatu keadaan yang sangat komplek dalam organisme (individu) yang mengarahkan perilakunya kepada satu tujuan, baik disadari atau tidak. Perilaku tersebut bertujuan untuk mendapatkan insentif, jadi dapat disimpulkan bahwa adanya keinginan diluar need dan drives untuk memperoleh sesuatu hal.
• Motiv itu mempunyai sebuah teori yang pembagiannya di bagi menjadi 5 bagian.
• tujuan dari motivasi itu sendiri di sini terbagi menjadi tiga bagian.
• konsep motivasi dirujukkan kepada keadaan diri seseorang buat masa itu sahaja.

B.SARARN-SARAN
Dari semua yang telah kami tulis, jika ada kesalahan dan kekeliruan dalam penyusunan maupun penulisan makalah ini, kami mengharap kritik dan saran bagi pembaca yang budiman demi kelangsungan karya kami selanjutnya.














DAFTAR PUSTAKA

Gobel, Frank G, 1987, Mazhab Ketiga, Psikologi Humanistik Abraham Maslow Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Halmaik, Omar, 1994, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara
Hamalik, Omar, 2000, Psikologi Belajar dan Mengajar, Bandung: Sinar Baru,
http://pwkpersis.wordpress.com/2008/03/20/mengenal-hedonisme-lebih-dekat/
http://www.ugmc.bizland.com/ak-ertimotivasi.htm
Izanis, Izan, Konsep-Konsep Dasar Tentang Motivasi,
Paskarona, Narendra, 2009 Jenis-jenis Motivasi, http://wartawarga.gunadarma.ac.id
Purwanto, M. Ngalim. MP, 1996, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya
Sholihin, Muchlis, , 2006, Buku Ajar Psikologi Belajar PAI, Pamekasan: STAIN

Continue Reading

0 komentar:

Diposting oleh ................................

"HADITS TENTANG PERSAUDARAAN"

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH
Mencintai sesame mukmin dan mengikat tali ukhuwah (persaudaraan) merupakan pekerjaan yang sangat mulia dan sangat penting. Sebagaimana dalam firmannya:

Artinya: Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan Para mukmin,
Dan yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman)[622]. walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha gagah lagi Maha Bijaksana.
Ukhuwah (persaudaraan) yang terjalin antara sesame mukmin tersebut di bangun di atas dasar iman dan aqidah. Ia adalah persaudaraan yang terjalin karena Allah dan merupakan tali iman yang paling kuat. Oleh karenanya ikatan persaudaraan antara sesame mukmin merupakan model persaudraan yang paling berharga dan hubungan paling mulia yang terbentuk sesame manusia. Maka kami pun tertarik mengangkat sebuah judul “PENTINGNYA PERSAUDARAAN DALAM ISLAM” guna mengingatkan manusia bahwa antara dirinya dan sesame merupakan saudara.



B. RUMUSAN MASALAH
Dengan meluasnya pembahsan pada makalah ini, maka perlu kiranya kami merumuskan beberapa rumusan masalah yang akan di bahas dalam bab pembahasan. Adpun perumusannya sebagai berikut:
1. Bagaimana hadits yang menjelaskan pentingnya ukhuwah dalam islam?
2. Bagaimana makna mufrodat daripada hadits tersebut?
3. Apa ibroh yang dpat di ambil dari hadits tersebut?
4. bagaimana cara menjaga persaudaraan?

C. TUJUAN PENULISAN
Setiap perihal yang di lakukan pasti mempunyai tujuan-tujuan yang objectif, begitu pula penulisan makalah ini yang tujuannya sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui hadits yang menjelaskan tentang ukhuwah islamiyah.
2. Untuk mengetahui makna mufrodat dari hadits-hsdits tersebut.
3. Guna mengetahui pelajaran yang dapat di ambil dari hadits itu.
4. Untuk mengetahui cara menjaga persaudaraan


















BAB II
PEMBAHASAN

A. HADITS

عن ابي حفس عمر ءابن خطاب رضي الله عنه قال, قال رسول الله صلى الله وسلم, لا يؤمن احدكم حتى يحب لاخيه مايحب لنفسه (رواه بخاري ومسلم)
Seseorang di antara kamu tidak akan beriman (dengan sempurna) kecuali mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri
عن ءابن عمر رضي الله عنه قال, قال رسول الله صلى الله عليه وسلم, المسلم اخ المسلم لا يظلمه ولا يسلمه (متفق عليه)
“Seorang muslim adalah saudara dengan muslim lainnya, tidak boleh mendholimi di antara keduanya dan jangan saling memusuhi”
المؤمن للمؤمن كالبنيان يشد بعضه بعضا (رواه البخاري ومسلم)
Orang mukmin dengan mukmin lainnya bagaikan satu bangunan yang memperkuat antara yang satu dengan yang lainnya.

B. MAKNA MUFRODAT HADITS
 Hadits pertama:
لا: Nafi yang bisa masuk pada fi’il maupun isim, adapun jika masuk pada isim sering di sebut sebagai لا نفية للجنس yang amalnya seperti amalnya “inna”, sedangkan yang dibahas dalam hadits ini adalah yang masuk di fi’il.
يؤمن: Fi’il mudhori’ yang hukumnya rofa’ karena tidak ada amil yang memerintahkan untuk nashob dan jazam, fi’il mudhori’ pada hadits di atas bermakna مستقبل yakni zaman yang akan di hadapi. Adapun fi’il mudhori’ tersebut mempunyai dua makna, makna حال dan مستقبل.
احد berkedudukan fa’il dari fi’il mudhori’ يؤمن yang hukumnya rofa’ dengan dhommah, sedangkan كم adalah mudhof ilaihi dari احد. Sehingga dari kata tersebut mempunyai arti “ seseorang di antara kamu tidak akan di katakan beriman secara sempurna”.
Adapun lafad يحب merupakan ma’tuf minhu dari lafadz يؤمن dengan huruf athof حتى, لاخيه merupakan jar majrur dan lam pada lafadz tersebut adalah lam yang mempunyai arti “kepada/terhadap”.
مايحب لنفسه: Adalah perumpamaan daripada يحب لاخيه sehingga setiap orang yang bisa di katakan beriman haruslah mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri.
 Hadits ke dua:
المسلم اخ المسلم: Adalah susunan daripada mubtada’ dan khobar yang keduanya sama-sama rofa’ karena tidak amil yang merusak keduanya, اخ yang merupakan rangkaian daripada اسماء الخمسة menjadi khobar dari المسلم. Sehingga lengkaplah kalimat tersebut dan mempunyai arti sesama muslim bersaudara.
لا يظلمه ولا يسلمه: merupakan susunan bahasa arab yang hampir mirip karena keduanya sama-sama kalimat fi’il yang terdiri dari fi’il mudhori’ dan juga sama-sama di awali dengan la nafi. La yang kedua berhubungan dengan la yang pertama karena ada huruf penghubung “wau athof” yang mana kedua kalimat tersebut merupakan cegahan bagi sesame muslim saling mendholimi dan memusuhi mengingat keduanya adalah saudara.




 Hadits ketiga:
المؤمن للمؤمن: Adalah susunan mubtada’ dan jar majrur menggunakan lam, yang mana menjadi object daripada permulaan tersebut. Adapun khobar dari mubtada’ di sini adalah jumlah ismiyyah.
كالبنيان :Adalah jar majrur dengan huruf jar kaf yang maksudnya sebagai perumpamaan bagi orang mukmin satu dengan yang lainnya yang di ibaratkan sebagai satu bangunan yang kokoh. Adapun seogyianya daripada bangunan itu harus memperkuat antara yang satu dengan yang lainnya dan di sabdakan dalam bentuk fi’il mudhori’ يشد بعضه بعضا

C. IBROH HADITS
Ukhuwah Islamiyah atau persaudaraan Islam adalah salah satu aspek yang vital dan sangat ditekankan di dalam ajaran agama Islam. Begitu banyak anjuran dan perintah yang menyerukan untuk mengeratkan ikatan persaudaraan antar sesama umat Islam, dan banyak pula larangan untuk memutuskan tali persaudaraan di dalam Islam. Semua itu telah disampaikan di dalam ajaran agama Islam, baik melalui firman Allah swt di dalam Al Quran maupun melalui sabda Rasulullah saw di dalam Al Hadits.
Rasulullah saw sendiri yang merupakan seorang manusia pilihan telah menunjukkan bagaimana seharusnya umat Islam senantiasa menjaga hubungan persaudaraannya melalui sabdanya, beliau telah begitu banyak mengingatkan kepada umatnya untuk senantiasa menjaga keutuhan persaudaraanya di dalam Islam, karena Islam adalah agama yang mengharamkan umatnya untuk memutuskan tali persaudaraan atau silaturahmi, terutama dengan saudara yang berada dalam satu naungan agama Islam.
“Dari Abdullah bin Abi Aufa ra. berkata, ketika sore hari pada hari Arafah, pada waktu kami duduk mengelilingi Rasulullah saw, tiba-tiba beliau bersabda, “Jika di majelis ini ada orang yang memutuskan silaturahmi, silahkan berdiri, jangan duduk bersama kami.” Dan ketika itu, diantara yang hadir hanya ada satu yang berdiri, dan itupun duduk di kejauhan. Kemudian lelaki itu pergi dalam waktu yang tidak lama, setelah itu ia pun datang dan duduk kembali. Kemudian, Rasulullah saw pun bertanya kepadanya,“Karena diantara yang hadir hanya kamu yang berdiri, dan kemudian kamu datang dan duduk kembali, apa sesungguhnya yang terjadi? Ia kemudian berkata, “Begitu mendengar sabda Engkau, saya segera menemui bibi saya yang telah memutuskan silaturahmi dengan saya. Karena kedatangan saya tersebut, ia berkata, “Untuk apa kamu datang, tidak seperti biasanya kamu datang kemari.” Lalu saya menyampaikan apa yang telah Engkau sabdakan. Kemudian ia memintakan ampunan untuk saya, dan saya meminta ampunan untuknya (setelah kami berdamai, lalu saya datang lagi ke sini).
Maka Rasulullah saw pun bersabda kepadanya, “Kamu telah melakukan perbuatan yang baik, duduklah, rahmat Allah tidak akan turun ke atas suatu kaum jika di dalamnya ada orang yang memutuskan silaturahmi.”
Apa yang telah terjadi dalam riwayat tersebut di atas tentunya sangat sesuai sekali dengan firman Allah swt berikut:
       •    
Artinya: Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat(Al-hujarot: 10)
Dan dalam ayat lain Allah berfirman:
…             
Artinya: Dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara.. [Al-imron:103]
“Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan saling berempati bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggotanya merasakan sakit maka seluruh tubuh turut merasakannya dengan berjaga dan merasakan demam.” (HR. Muslim)
D. CARA MENJAGA PERSAUDARAAN
Setelah kita mengetahui urgensi dari sebuah persaudaraan di dalam Islam, mulai saat ini marilah kita mulai untuk senantiasa menyambung, mempererat, dan menjaga ikatan silaturahmi kita di jalan Islam. Banyak hal yang dapat kita lakukan untuk dalam rangka menyambung, mempererat dan menjaga tali persaudaraan Islam, di antaranya adalah:
1. Ungkapan rasa cinta: Mengungkapkan rasa cinta yang selama ini dikenal di kalangan muda-mudi hanyalah sebatas menyatakan rasa cintanya kepada kekasihnya saja. Namun, Islam yang mengandung ajaran tertinggi memiliki cakupan yang lebih luas dari sekedar itu. Mengungkapkan rasa cinta ternyata juga sangat dibutuhkan dalam rangka mempererat persaudaraan dengan sesama umat Islam. Hal ini sebagaimana telah dianjurkan oleh Rasulullah saw dalam sabda-sabda beliau:
Rasulullah saw. bersabda, “Apabila seseorang mencintai saudaranya, hendaklah dia mengatakan cinta kepadanya.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
2. Tunjukkan Wajah Bahagia: Berjumpa dengan seseorang yang memiliki wajah berseri-seri tentunya akan menorehkan kenangan tersendiri. Wajah yang dengan senyum, penuh semangat dan tidak menunjukkan rona sendu akan menimbulkan kerinduan bagi saudaranya. Bisa saja dengan wajah berseri yang telah kita tunjukkan itu akan memberikan semangat positif bagi saudara yang kita jumpai. Dengan demikian, akan timbullah kerinduan untuk selalu ingin bertemu dan melihat wajah berseri itu.
Rasulullah saw. bersabda, “Janganlah kamu meremehkan kebaikan apapun, walaupun sekadar bertemu saudaramu dengan wajah ceria.” (HR. Muslim)
3. Berjabat Tangan: Berjabat tangan adalah salah satu bentuk sentuhan fisik yang dapat menyentuh hati kedua pihak yang melakukannnya jika dilakukan dengan niat tulus dan penuh semangat karena Allah swt. Genggamlah tangan saudaramu dengan erat dan hangat, hingga semangat dalam jabat tangan itu dapat meresap dalam sanubari.
4. Saling Berkunjung: Selain dapat mempererat tali persaudaraan di dalam Islam, saling kunjung-mengunjungi adalah salah satu cara yang akan membawa kita untuk memperoleh cinta dari Allah swt.
5. Memberikan Ucapan Selamat: Tak dapat dipungkiri lagi bahwa perhatian adalah salah satu bentuk tindakan yang sangat efektif untuk mempererat sebuah hubungan. Dan salah satu cara untuk menunjukkan perhatian kepada saudara kita adalah dengan mengucapkan selamat kepadanya manakala ia mendapatkan sebuah kesuksesan. Persaudaraan di dalam Islam dapat saja menjadi kendur hanya karena sifat saling acuh dan tidak peduli satu sama lain.
6. Saling Memberi Hadiah: Hadits marfu’ dari Anas bahwa, “Hendaklah kamu saling memberi hadiah, karena hadiah itu dapat mewariskan rasa cinta dan menghilangkan kekotoran hati.” (HR. Thabrani)
7. Saling Membantu: Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang melepaskan kesusahan seorang mukmin di dunia niscaya Allah akan melepaskan kesusahannya di akhirat. Siapa yang memudahkan orang yang kesusahan, niscaya Allah akan memudahkan (urusannya) di dunia dan di akhirat. Siapa yang menutupi (aib) seorang muslim, niscaya Allah akan menutupi (aibnya) di dunia dan di akhirat. Dan Allah selalu menolong hamba-Nya jika hamba tersebut menolong saudaranya.” (HR. Muslim)
Merujuk pada hadits di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa sesungguhnya membantu saudara kita yang tengah mengalami kesulitan atau musibah, pada dasarnya adalah untuk membantu diri kita sendiri kelak. Karena barang siapa memudahkan orang lain yang sedang mengalami kesusahan, makan Allah swt akan memudahkan kesulitannya di akhirat kelak. Barang siapa menutup aib saudaranya, maka Allah swt lah yang kelak akan menutup aibnya di dunia dan di akhirat.












BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari semua penjelasan di atas maka kami menarik sebuah kesimpulan sebagai berikut:
Persaudaraan dalam islam (seagama) sangatlah di anjurkan dalam kehidupan ini, sehingga banyak hadits dan ayat yang menjelaskan hal tersebut. Ada beberapa hal yang di anjurkan untuk menjaga persaudaraan tersebut. Adapun anjurannya sebagai berikut: mengngkapkan rasa cinta, bermuka bahagia di depannya (jangan bermuka masam), berjabat tangan, saling meberi hadiah, dan saling membantu.
B. SARAN-SARAN
Dari sekian yang kami tulis, buat pembaca yang budiman sudilah kiranya memberikan kritik, saran dan masukan kepada kami apabila mendapat kesalahan atau kekurang sempurnaan dari makalah yang kami tulis, demi melanjutkannya ke depan.













DAFTAR PUSTAKA

Al-khatir, Abdullah Terjemah Fannut Ta’malu Ma’an-Nas, Jakarta: Darul Marwah, tt, Cet.02
Hisyam, Abu Ashim bin Abdul qodir uqdah, Virus-virus ukhuwah, Mesir: www.dakwah.info, tt
Hamidy Fahruddin, Zainuddin, Tafsir Qur’an, Malaisia: Klang Blook Centre, tt
http://cahyaislam.wordpress.com/2009/05/11/menjaga-persaudaraan-islam/

Continue Reading

0 komentar:

Diposting oleh ................................

"RUNTUHNYA TEORI EVOLUSI"

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH
Dewasa ini pemikiran evolusioris muncul dengan keyakinan dogmatis yang berusaha keras mengingkari penciptanya.

Pada umumnya mereka yang mempelopori ilmu pengetahuan mempelrcayai keberadaannya, dengan mempelajari ilmu pengetahuan, dan berusaha menyingkap rahasia jagat raya yang telah di ciptakan tuhan. Sedangkan beberapa tokoh-tokoh ahli astronomi seperti Leonardo ota vinci yang di juluki ilmuan terbesar, mereka juga mempelajari ilmu pengetahuan dengan tidak hanya meyakini keberadaan tuhan, tetapi juga bahwa swluruh isi alam adalah ciptaannya.
Dan sebuah kekeliruan besar mereka para peneliti Evolusioris muslim yang telah menerima pernyataan bahwa Allah mengunakan Evolusi, dan menurut sudut pandang mereka, Allah telah menggunakan mutasi dan seleksi alam. Akan tetapi ilmu pengetahuan telah membuktikan bahwa seleksi alam atau mutasi tidak dapat menciptakan makhluq hidup baru, dan pada orang-orang yang tidak mengetahui perkembangan ilmiyah mutakhir mempunyai anggapan semacam itu, tetapi peryataan seperti itu bertentangan dengan fakta ilmiyah, terlebih lagi dengan Al-qur’an tidak menyebutykan halal yang demikian.



B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana proses penciptaan manusia menurut Al-qur’an?
2. Bagaimanakah evolusi makhluq hidup?
3. Bagaimanakah pandangan evolusi tentang asal-usul kehidupan?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui hakikat ekberadaan manusia
2. Untuk mengetahui lebih kongkrit tentang evolusi makhluq hidup
3. untuk mengetahui asal-usul kehidupan dalam evolusi

D. MANFAAT PENULISAN
1. Dari hasil pengetahuan dapat membedakan kontradiksi-kontradiksi yang ada.
2. Dengan mengkaji evolusi dan teori-teori lainnya, paham dan berpikir kritis dalam memahami terjadinya pengaruh dan propaganda.
3. Untuk meningktkan pikiran dan meyakinkan penciptanya.








BAB II
PEMBAHASAN

A PROSES PENCIPTAAN MANUSIA PERSPEKTIF ALQURAN
Manusia pertama di ciptakan dalam Al-quran kontraversi sepanjang sejarah, salah satu sebab tidak adanya informasi yang explicit tentangnya. Dan sudah terseebar ratusan ayat tentang penciptaan manusia dan mebutuhkan kepiawayan tetentu untuk menginterprestasikan secara utuh. Kondisi semakin di perparah oleh kecenderungan untuk menafsiri ayat tersebut secara persial, dan tidak perlu bersusah payah membuat penafsiran bahwa manusia di ciptakan di angkasa luar, atau kemudian di kirim ke bumi. “Lantas bagaimanakah Allah menciptakan manusia? Allah tealah menjelaskan bahwa dengan cara menumbyhkan dari bumi dan seperti yang telah di firmankan dalam surah An-nahlu: 11
   • • •    • 
•      
Artinya: Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan .
Dan dalam ayat-ayat lain proses penciptaan manusia secara kolektif. Kemudian Allah menegaskan bahwa manusia di ciptakan melalui tingkatan tertentu, dengan tahapan yang semakin sempurna kemudian di ibaratkan dengan penciptaan langit. Akan tetapi Allah telah menyebutkan penciptaan manusia dengan cara menumbuhkan dari tanah. Allah menegaskan bahwa suatu ketika nanti manusia akan di kembalikan ke asalnya, yakni tanah bumi. Firman Allah tersebut menarik, karena memberikan gambaran luas tentang manusia di ciptakan. Sesungguhnya benar-benar di buat dari bahan asli bumi, tanah gembur dan di tanah itulah seluruh tubuh kita berada, akan tetapi seluruh manusia memahami tentang ayat-ayat Allah yang menerangkan tentang penciptaannya, yaitu memahami kalau manusia di ciptakan dari “thin” tetapi istilah tersebut yang di maksud dari istilah thin itu ternyata tanah keras. Begitulah proses penciptaan manusia yang ternyata melewati fase tanaman. Allah menciptakan manusia secara bertahap dan kejadian demi kejadian, dan kemudian menumbuhkan dan menumbuhkan dari dalam tanah dengan baik, dan Allah menciptakan manusia dari tanah bumi kemudian berkembang biak dan menjadi kemakmurannya.
“Begitulah proses penciptaan manusia yang terbuat dari tanah dan di kembangkan di bumi, dan Al-quran uga menyebutkan kalau manusia di ciptakan dari air, akan tetapi semua itu bukan bertentangan, tetapi sebuah kolerasi yang melengkapi tahap demi tahap dengan memiliki peran yang berbeda. Namun kaum evolusionis telah berusaha keras untuk membuktikan kebenaran teori mereka, namun nyatanya proses evolusi mustahil. Pemahaman keilmuan yang ada saat ini hanya dapat menyatakan bahwa asal mula kehidupan nampak bagaikan sebuah keajaiban.”

B. EVOLUSI MAKHLUQ HIDUP
Dalam tahap awal mereka mengajukan evolusi sebagai pengantar kehidupan, meskipun setengah abad yang lalu kemajuan tekhnologi telah di capai, tak seorangpun membuat kemajuan lebih jauh, ilmu pengetahuan pada dasarnya mendasar diri pada anggapan bahwa makhluk hidup memilki struktur yang sederhana. Sedangkan teori yang menyatakan bahwa benda mati dapat membentuk amkhluq hidup dapat di trima secara luas dan menjadi sebuah pondasi dari teori Darwin. Sedangkan yang di permaslahkan lagi oleh Darwin penurunan sifat sehingga mempunyai landasan yang sama sekali salah, dan Darwin mengjukan sebuah teori yang menjelaskan keaneka ragaman asal-usul makhluk hidup yang telah mengamati berbagai keragaman dalam satu sepsis, tapi kenyataannya Darwin tidak bisa menjelaskannya akan tetapi Darwin lebih meyakini apa yang di buat evolusi itu adalah makna variasi, akan tetapi variasi bukanlah bukti bagi evolusi sebab variasi hanyalah perwujudan dari berbagai kombinasi, akan tetapi variasi terjadi dalam batas informasi genetic, batasan tersebut di sebut koleksi gen, dan suatu sepsis akan muncul dalam koleksi dalam berbagai bentuk semuanya karena variasi “dan sebagai akibat dai variasi, seperti jenis dengan ekor yang lebih panjang, atau kaki lebih pendek kemungkinan akan muncul pada suatu sepsis reptilian, perubahan seperti itu memerlukan penambahan pada informasi genetic makhluk hidup yang tentunya tidak mungkin terjadi melalui variasi”. Akan tetapi Darwin tidak menyadari ketika merumuskan teorinya dengan kenyataan ini, dalam pemikirannya kalau tidak ada batasan dalam variasi.
“Dan pada abad ke 20 ilmu pengetahuan mengajukan prinsip stabilitas genetic, dengan hasil percobaan apda makhluq hidup dan yang menjadi permasalahan apa makhluk hidup berubah hingga tingkat terbatas tapi seorang pemulia seperti “Luthe Burbank” yaitu seorang pemulia paling ahli menyatakan “terdapat batasan untuk kemunkinan pengembangan pada batasan ini mengikuti hokum tertentu”. secara singkat variasi hanya biasa membawa perubahan yang tetap dalam batasan informasi genetic pada suatu sepsis, akan tetapi tidak bisa mengembangkan suatu genetic yang baru kedalamnya, dan variasi semacam ini tidak mengandung rahasia.

C. PANDANGAN EVOLUSI TENTANG ASAL USUL KEHIDUPAN
Kini dunia ilmu pengetahuan tercengang, ketika alam di teliti oleh orang-orang Evolusionis walaupun para Evolusionis gagal dalam menemukan bukti ilmiyahnya untuk mendukung teorinya, namunmereka merasa berhasil oleh propaganda-propaganda bagian terpenting. Tidak ada penemuan ilmiyah yang mendukung menopang teori evolusi tersebut, yang paling terpandang tentang kajian asal-usul kehidupan yaitu percobaan millier yakni di lakukan oleh Stanley Millier, dia adalah seorang peneliti amerika. Percobaannya di sebut percobaan urey millier. Merupakan percobaan atau petunjuk yang di miliki evolusionis untuk membuktikan tesis evolusi kimia.
Di dalam kehidupan yang berevolusi “Stenly Millier” mencoba dan menunjukkan percobaannya lewat asam-asam Amino sebagai asal kehidupan dan unsure-unsur protein, bisa mewujud, secara kebetulan, bahwa dengannya di bumi yang tanpa kehidupan milliyaran tahun, di dalam percobaannya. Dan miler tersebut menggunakan campuran gas yang di perkirakannya ada pada keadaan bumi purba yang terjadi dari hydrogen dan uap air. Percobaan miller dalam melihat evolusi kehidupan menimbulkan kegembiraan besar dari kalangan evolusionis dan di edarkan sebagai sebuah keberhasilan yang luar biasa, yang paling sangat di gembirakan dan merupakan suatu kegembiraan yang memuncak karena millier di katakan menciptkan kehidupan akan tetapi yang di hasilkan millier hanyalah sebagian kecil dari mulikul mati.
Seiring dengan waktu akan tetapi percobaan millier terbukti keliru dalam berbagai segi, dan para evolusionis mencoba mengambil beberapa tengkorak ternyata itu menjai beberapa makna.
“Lebih dari tiga puluh tahun percobaan tentang asal-usul kehidupan di bidang kimia dan evolusi molekul telah membawa kepenghayatan lebih baik atas besarnya masalah asal-usul kehidupan di bumi, bukan pemecahannya akan tetapi saat ini pembahsan tentang teori dan percobaan utama di bidang ini berakhir dengan kebuntuan atau pengakuan akan kebodohan.”
Para kaum evolusionis telah melakukan percobaan-percobaan yang tak terhitu banyaknya bahwa asal-usul kehidupan, dari sebuah sel, dan telah melaksanakan penelitian dan membuat pengamatan bahwa satu sel bisa terbentuk kebetulan dalam asal-usul kehidupan, akan tetapi upaya semacam itu, seperti akan membuat kerumitan dari sebuah rancangan, maka harus memahami secara jernih bahwa konsep-konsep kebetulan dan coba-coba tidak berkaitan apapun dengan keberadaan asal-usul kehidupan ataupun makhluq hidup.






BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. teori evolusi telah menerima dukungan luas, dan penjelasan yang berdasarkan konsep evolusionis .
2. mempercayai evolusi sebagai penciptaan, sebagai kepercayaan yang berlandaskan keimanan.
3. menuurut sudut pandang para evolusionis Allah telah menggunakan mutasi dan seleksi alam dalam menciptakan makhluk hidup, fakta tersebut sangat nertentangan dengan Al-quran.
B. SARAN-SARAN
Dari sekian yang kami tulis, buat pembaca yang budiman, sudilah kiranya memberikan kritik, saran dan masukan kepada kami apabila mendapat kesalahan atau kekurang sempurnaan dari makalah yang kami tulis, demi melanjutkannya ke depan.


bagi pembaca agar dapat menginterprestasikan royalitas dalam memahami teori-teori tersebut secara universal.







DAFTAR PUSTAKA

Mustofa Agus, Ternyata Adam di Lahirkan, PADM Press, Padang-makasar, tt.
Yahya, Harun, Bagaimana Sains Modern Membantah Darwinisme, Buku I, Dzikra, Bandung- Jawa Barat, 2005
Yahya, Harun, Bagaimana Sains Modern Membantah Darwinisme, Buku II, Dzikra, Bandung, 2005
Yahya, Harun, Al-qur’an dan Sains, Nikc Lodeon Books, Buku I, Bandung, 2004

Continue Reading

0 komentar:

Diposting oleh ................................

"USUL FIQ TENTANG AMAR DAN NAHI"

BAB II
PEMBAHASAN

A. Al-amru
Telah ditetapkan bahwa hukum syar’i itu adalah Kitab (titah) Allah, yang berhubungan dengan perbuatan mukallaf dalam bentuk tuntutan

, pilihan dan ketentuan. Kitab dalam bentuk tuntutan ada dua bentuk yaitu tuntutan yang mengandung beban hukum untuk dikerjakan disebut perintah (amar) dan tuntutan yang mengandung beban hukum untuk ditinggalkan yang disebut dengan larangan (nahi).
Amar dapat dilihat dari beberapa segi, antara yang satu dengan lainnya saling berkaitan; 1. Hakikatnya, 2. Definisinya, 3. Ucapan yang digunakan, 4. Kaidahnya
1. Hakikat Amar
Kata amar banyak terdapat dalam al-Qur’an. Ada yang mengandung arti “ucapan” atau “perkataan”. Contohnya firman Allah dalam surat Thaha ayat 132:
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلاَةِ
Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat
Ada juga kata amar yang tidak mengandung arti ucapan; diantaranya seperti untuk “sesuatu” atau “urusan” atau “perbuatan”. Beberapa arti amar dapat dilihat dalam contoh-contoh ayat di bawah ini;
Surat al-Syura: 38
38. … urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka....
Amar dalam ayat ini mengandung arti “urusan”

2. Definisi Amar
Dalam setiap kata amar mengandung tiga urusan, yaitu:
Yang mengucapkan kata amar atau yang disuruh
Yang dikenai kata amar atau yang disuruh
Ucapan yang digunakan dalam suruhan itu
Perbincangan mengenai hal definisi amar ada perbedaan pendapat dikalangan ulama ushul dalam merumuskannya:
• Diantara ulama, termasuk ulama mu’tazilah mensyaratkan bahwa kedudukan pihak yang menyuruh harus lebih tinggi dari pihak yang disuruh. Kalau kedudukan yang menyuruh lebih rendah dari yang disuruh, maka tidak dapat disebut amar, tetapi disebut “doa”, seperti disebutkan dalam al-Qur’an Surat [Nuh:28]
رَّبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ
Ya Tuhanku! ampunilah aku, ibu bapakku….
• Sebagian besar ulama, termasuk Qodhi Abu Bakar dan Imam Haramain mendefinisikan amar sebagai berikut:
“Suatu ucapan yang menuntut kepatuhan dari yang menyuruh untuk mengerjakan suatu perkataan yang disuruhnya.”
3. Sighat Amar
Dikatakan ulama ushul diperbincangan tentang apakah dalam menggambarkan amar (menuntut orang mengerjakan sesuatu) ada ucapan yang dikhususkan untuk itu, sehingga dengan ucapan itu akan diketahui bahwa maksudnya adalah perintah untuk berbuat. Atau untuk amar itu tidak ada kata khusus, tetapi untuk mengerjakan sebagai suruhan tergantung kepada kehendak orang yang menggunakan kata amar itu.
Dalam hal ini terdapat perbedaana dikalangan ulama :
1. Banyak ulama ushul fiqh berpendapat bahwa untuk tujuan menyuruh (amar) itu ada ucapan tertentu dalam penggunaan bahasa, sehingga tanpa ada qarinah apapun kita dapat mengetahui bahwa maksudnya adalah perintah.
2. Abu al-Hasan (dari kalangan ulama mu’tazilah) berpendapat bahwa amar itu tidak dinamakan amar dengan semata melihat kepada lafadnya, tetapi dapat disebut amar, karena ada kehendak dari orang yang menyuruh untuk melakukan perbuatan itu.
Dalam membicarakan tentang hal itu, sebagian ulama membaginya menjadi 6 awjuh:
1. Doa: seperti contoh dalam suroh [Al-baqoroh:201]
رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار
Hai tuhan kami, berikanlah kami kebaekan di dunia dan akhirat dan selamatkanlah kami dari siksa api neraka
2. At-tahdid (menakuti): I’malu ma syi’tum
Kerjakanlah apa yang kamu sukai [As-sajadah:40]
3. Al-ikrom (memuliakan): ادْخُلُوهَا بِسَلاَمٍ ءَامِنِينَ
Silahkan semuanya masuk kedalam surga dengan sejahtera[Al-hijr:46]
4. At-ta’jiz (melemahkan): فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِن مِّثْلِهِ
Buatlah satu surat yang sama dengan Alquran [Al-baqoroh:24]
5. At-tafwid (memasrahkan): فَاقْضِ مَاأَنتَ قَاضٍ
Putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan [Toha:72]
6. At-talhif (menyusahkan): مُوتُوا بِغَيْظِكُمْ
Matilah kamu dengan kemarahan tuhanmu [Al-imron:119]
4. Kaidah-kaidah Amar
1. Al-aslu fil amri lil wujub: Dalam kaidah ini asal dari pada amar itu menunjukkan wajib selama tidak ada indikasi ayat atau hadits yang menyatakan bahwa amar itu tidak wajib. Seperti dalam ayat وَأَقِيمُوا الصَّلاَةَ وَءَاتُوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ
2. Al-aslu fil amri la yaqtadi at-tikrar: Amar itu asalnya tidak menunjukkan pada berulang-ulang seperti dalam surah Al-baqoroh atimmul hajja wal umrota lillahi
3. Al-aslu fil amri la yaqtadil fauro: Asal daripada amar itu tidak menunjukkan pada cepat di lakukan, karena tujuan daripada amar ini tidak menunjukkan pada zaman yang di tentukan
4. Al-amru bis-syii amrun bi wasailihi: memerintah pada sesuatu itu berarti memerintah pada perantaranya. Karena sesungguhnya perantara tersebut tidaklah di perintah, namun apabila perantara itu tidak di kerjakan maka yang di perintahpun tidak boleh di kerjakan. Seperti bersuci untuk sholat.
5. Al-amru bis-syai’i nahyun an diddihi: amar terhadap sesuatu, berarti melarang terhadap kebalikannya. Baik hal yang berlawanan itu berupa satu seperti di perintah untuk iman maka itu berarti di larang untuk kafir, atau hal yang berlawanan itu lebih dari satu, seperti kita diperintah untuk berdiri maka hakikatnya kita di larang untuk duduk, sujud, jongkok dsb.
6. Al-qodo’u bi amrin jadidin: Qodo’ merupakan perintah baru yang harus kita kerjakan. Maksud dari kaidah ini adalah ketika kita tidak melaksanakan kewajiban (baik di sengaja atau tidak) maka kita akan mendapat perintah baru yang harus kita kerjakan berupa Qodo’ dari kewajiban yang kita tinggalakan itu.
7. Al-amru ba’dan nahyi yufidul ibahah: Apabila ada amar jatuh setaelah nahi, maka itu menunjukkan mubah. Seperti contoh dalam suroh Al-maidah:1 dan 2
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا أَوْفُوا بِالْعُقُودِ أُحِلَّتْ لَكُم بَهِيمَةُ اْلأَنْعَامِ إِلاَّ مَايُتْلَى عَلَيْكُمْ غَيْرَ مُحِلِّي الصَّيْدِ وَأَنتُمْ حُرُم lalu ada fiman وَإِذَا حَلَلْتُمْ فَاصْطَادُوا
B. An-Nahyu
1. Definisi Nahi
Pembicaraan ulama dalam pembahasan tentang “amar” yang menyangkut hakikat, sikap dalam mengucapkan, dan kedudukan yang memberikannya, berlaku pula dalam pembicaraan tentang “nahi” (larangan). Apabila dalam nash syara’ terdapat lafazd khos dalam bentuk larangan, atau bentuk berita yang mengandung pengertian larangan, maka lafadz itu memberi pengertian haram, artinya tuntutan menahan sesuatu yang dilarang dengan pasti. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat al Baqarah: 221
وَلاَ تَنْكِحُوا الْمُشْرِكَاتِ حَتَّى يُؤْمِنَّ
Dan janganlah kamu menikah dengan perempuan-perempuan musyrik sampai mereka beriman
Dari ayat tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa haram seorang lelaki muslim mengawini wanita musyrik sampai ia beriman.
Jadi, definisi Nahi adalah:
“Tuntutan untuk meninggalkan secara pasti, tidak menggunakan ‘Tinggalkanlah’, atau yang sejenisnya.”
2. Hakikat Nahi
Memang dalam al-Qur’an terdapat beberapa kemungkinan maksud dari larangan. Untuk apa sebenarnya (hakikat) nahi itu dalam pengertian lughawi. Hal ini menjadi perbincangan di kalangan ulama, yaitu:
• Jumhur ulama yang berpendapat bahwa hakikat asal nahi itu adalah untuk haram dan ia baru bisa menjadi bukan haram bila ada dalil lain yang menunjukkannya. Dalam hal ini Jumhur ulama mengemukakan sebuah kaidah yang populer:
“Asal dari larangan adalah untuk hukum haram”
• Ulama Mu’tazilah yang berpendapat bahwa hakikat amar adalah untuk nadb (sunnat), dan berpendapat bahwa nahi itu menimbulkan hukum karahah (makruh). Berlakunya untuk haram tidak diambil dari larangan itu sendiri tetapi karena ada dalil lain yang memberi petunjuk
3. Kaidah-kaidah Nahi
1. Al-aslu finnahyi littahrim: Asala dari pada nahi itu adalah haram. Karena sesungguhnya akal itu paham terhadap bentuk-bentuk hukum yang sepi dari tanda-tanda (qorinah) dan hal itu menunjukan pada hakikat.
Adapun beberapa bentuk nahi mempunyai beberapa tujuan dalam penggunaanya:
• Doa: رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَآإِن نَّسِينَآ أَوْ أَخْطَأْنَا
Ya tuhan kami janganlah engkau hukum kami jika kami lupa atau tersalah [Albaqoroh:286]
• Irsyad (petunjuk): لاَتَسْئَلُوا عَنْ أَشْيَآءَ إِن تُبْدَ لَكُمْ تَسُؤْكُمْ
Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu bertanya (pada nabimu) hal-hal yang jika di jelaskan kepadamu niscauya akan menyusahkanmu [Al-maidah:101]
• Littayis (putus asa): لاَتَعْتَذِرُوا الْيَوْمَ
Janganlah kamu mengemukakan udzur hari ini [At-tahrim:7]
• Lil I’tinas (menghibur): لاَتَحْزَنْ إِنَّ اللهَ مَعَنَا
Janganlah engkau bersedih sesungguhnya tuhan bersama kita [At-taubat:41]
• Lit tahdid (ancaman): seperti perkataan tuan terhadap hambanya La tuti’ amri (jangnlah kau turuti permintaanku). Dalam hal ini mempunyai arti bahwa seorang tuan yang sedang marah kepada hambanya karena sang hamba tidak mau mengikuti perintahnya. Sehingga tuannya berkata la tuti’amri ini mempunyai arti jika hamba memang benar-benar tidak mau mengikuti perintahnya maka dia akan mendapat hukuman.
3. al amru anissay’I amrun bididdihi aw bi ahadi addadihi: Melarang terhadap sesuatu itu berarti memerintah terhadap kebalikannya atau salah satu kebalikannya. Seperti contoh “La tajlis”(janganlah kamu duduk) itu berarti sebuah perintah untuk berdiri, jongkok dsb.
4. Al-aslu fin nahyi mutlaqi yaqtadid dawamafi jami’il azminati: Asal daripada larangan yang mutlaq menghendaki di tinggalkanya perbuatan untuk selamanya. Karena nahi itu di bagi dua:
• Larangan mutlaq: yaitu larangan yang tidak terbatas pada suatu waktu. Dalam larangan yang mutlaq ini berlaku untuk seterusnya. Para ulama setiap masa selalu mengartikan berlangsungnya larangan tersebut, sehingga sebagai ijma’. Lagi pula adanya larangan itu berdasarkan adanya keberatan-keberatan atau kebeurukan-kebuerukan pada yang di larang itu. Keberatan dan keburukannya harus di hindari selamanya. Tatkala seseorang berkata Janganlah kamu mendekati singa maka di patuhinya larangan tersebut harus menjauhi singa selamanya. Contoh larangan yang mutlaq adalah suroh Al-isro’ ayat 33:
وَلاَتَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللهُ إِلاَّ بِالْحَقّ
Artinya: Janganlah kamu membunuh manusia yang di larang Allah kecuali dengan jalan yang benar [Al-isro’:33]ِ
• Larangan Muqoyyad: yaitu larangan yang di tentukan oleh waktu yang telah di sebutkan, dan hanya berlaku pada waktu pada waktu yang di tentukan tersebut. Seperti contoh dalam suroh An-nisa’ ayat 43:
لاَتَقْرَبُوا الصَّلاَةَ وَأَنتُمْ سُكَارَى
Artinya: janganlah kamu mendekati sholat padahal kamu sedang mabuk. [An-nisa’:43]
Dalam ayat tersebut merupakan larangan bagi orang yang mabuk untuk melaksanakan sholat, dan mabuk itu menjadi penentu waktu bagi larangan tersebut.
Rusaknya Perbuatan Akibat Larangan
Kalau sesuatu pekerjaan di kerjakan dengan melanggar suatu larangan, apakah pekerjaan itu sah atau batal? Terlebih dulu kita harus tau apa arti sah dan batal dalam hal ini.
Yang di maksud sah dalam ibadah adalah: ibadah tersebut mencukupi, membebaskan tanggungan dan menghilangkan qadha’, yaitu apabila di kerjakan sesuai dengan perintah syara’ serta lengkap syrat dan rukunnya. Sebaliknya yang di maksud batal dalam ibadah yaitu ibadah tersebut tidak sah, tidak mencukupi dan mewajibkan qodo’. Artinya ibadah yang batal tadi harus di kerjakan lagi.
Adapun Yang di maksud sah dalam muamalah adalah: muamalah tersebut akibat-akibat menurut syara’. Sebaliknya pula batal dalam muamalah adalah, muamalah tersebut tidak mempunyai akibat hukum. Misalnya sebagai akibat jual beli berpindahnya hak milik dan boleh mengunakan barang itu bagi si pembeli. Tetapi apabila jual belinya tidak sah karena tidak memenuhi syarat-syaratnya maka hak milik dan Menggunakan barang tersebut tidak sah pula.
Sehingga dari uraian tersebut muncullah sebuah kaidah usul fiq “An-nahyuala yadullu fasadil manhiyyi anhu mutlaqon idza kanan nahyu li ainil fi’li aw li juzihi aw liwasfin mulazimin” larangan menunjukkan rusaknya perbuatan yang di larang sama sekali, jika larangan tersebut di tujukan pada kerangka fi’il tersebut, atau kepada salah satu bagiannya, atau kepada salah satu sifatnya yang melekat.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari semua yang telah di jabarkan, perlulah kiranya kami menyimpulkan bahsan tersebut sebagai berikut:
• Amar adalah perintah dari yang lebih tingkatannya kepda yang lebih rendah, sehingga merupakan keharusan bagi yang di perintah untuk melaksanakan perintah tersebut selama tidak ada indikatornya. Karena hakikat atau asal daripada amar adalah wajib.
• Nahi adalah larangan dari yang lebih tinggi derajatnya kepada yang di bawahnya, sehingga merupakan keharusan bagi mukhtobnya untuk meninggalkan perkara tersebut.
• Keduanya mempunyai kesamaan, Yakni sama-sama bermakna “tolab”. Dan pula mempunyai perbedaan yakni amar tolab untuk mengerjakan sedang nahi tolab untuk meninggalkan.

B. SARAN-SARAN
Setelah kami menyimpulkan dari apa yang telah di jabarkan. Maka kami semua mengharap terhadap pembacasekalian jika ada kesalahan ataupun kekeliruan dari penulisan makalah ini, kami mohon kritik dan saran dari pembaca demi kelancaran kami pada penulisan selanjutnya.

Continue Reading

0 komentar:

Diposting oleh ................................

"TAFSIR TENTANG ILMU PENGETAHUAN"

BAB II
PEMBAHASAN

A. SEKILAS TENTANG ILMU PENGETAHUAN
Al-Quranulkarim kitab suci yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad s.a.w, untuk menjadi panduan bagi ummat manusia seluruhnya. Kandungan isinya meliputi

semua bidang kehidupan manusia didunia dan diakhirat. Ia mengandungi Perintah dan Larangan, khabar gembira dan duka, sejarah ummat dahulu kala untuk dijadikan teladan bagi ummat kini dan ummat yang akan datang, dan berbagai Ilmu Pengetahuan lainnya. Kebenaran al-Quran tidak dapat dipertikaikan.Banyak usaha yang telah dijalankan oleh manusia untuk menandingi al-Quran, tapi usaha mereka sia-sia sahaja.
Allah berfirman yang artinya:

"Katakanlah, sesungguhnya jika sekiranya berkumpul manusia dan jin untuk membuat serupa al-Quran,niscaya mereka tidak akan sanggup membuatnya, meskipun sebahagian mereka menjadi pembantu bagi sebahagian yang lainnya."
(al-Isra' ayat 88)

Meskipun Al-Quranulkarim diturunkankan kepada nabi Muhammad s.a.w. lebih dari 1400 tahun yang lalu, dan Nabi Muhammad s.a.w, kita ketahui semenjak kecil telah menjadi anak yatim piatu. Nabi s.a.w, tidak pernah berguru kepada sesiapapun. Sudah tentu jika sekiranya al-Quran bikinan manusia, maka manusia lainnya yang telah mendapat pendidikan yang tinggi dalam bidang bahasa dan sastra Arab, dan mempunyai Ilmu Pengetahuan yang luas dalam berbagai bidang Ilmu Pengetahuan, tentu sahaja dapat menandingi al-Quranulkarim. Kenyataan yang kita lihat tidak ada yang sanggup menandingi al-Quran walaupun ramai yang telah mencobanya. Al-Quranulkarim mendapat penjagaan langsung dari Allah s.w.t, sebagaimana firman Allah:

"Sesungguhnya telah Kami turunkan peringatan (al-Quran )dan sesungguhnya Kami memeliharanya." (al-Hijr ayat 9)
Membicarakan tentang ilmu dan pengetahuan kami dapat menjelaskan bahwa Ilmu bisa berarti proses memperoleh pengetahuan, atau pengetahuan terorganisasi yang di peroleh lewat proses tersebut. Proses keilmuan adalah cara memperoleh pengetahuan secara sistematis tentang suatu sistem. Perolehan sistematis ini umumnya berupa metode ilmiah, dan sistem tersebut umumnya adalah alam semesta. Dalam pengertian ini, ilmu sering disebut sebagai sains.
Tetapi, ilmu dapat pula bermakna jauh berbeda dari pengertian sains. Di masyarakat kita, biasa kita dengar istilah "ilmu hitam", yaitu ilmu yang berkonotasi buruk, misalnya bisa bermakna ilmu yang muncul dari kekuatan gaib yang ditujukan untuk melakukan perbuatan jahat. Hal yang seperti ini telah menjadi sesuatu yang di salah kaprahkan oleh kalangan masyarakat tertentu, sebenarnya hal yang seperti itu sangatlah tidak sah bila di katakan sebagai “ilmu hitam” mengingat hakikat daripada ilmu itu sendiri adalah suci dari tuhan.
Adapun pengetahuan, dalam bahasa Arab digambarkan dengan istilah al-ilm, al-ma’rifah dan al-syu’ur. Namun, dalam pandangan dunia Islam, yang pertamalah yang terpenting, karena ia merupakan salah satu sifat Allah SWT. Al-ilm berasal dari akar kata l-m dan diambil dari kata ‘alamah, yang berarti “tanda”, “simbol”, atau ”lambang”, yang dengannya sesuatu itu dapat dikenal. Tapi alamah juga berarti pengetahuan, lencana, karakteristik, petunjuk dan gejala.. Karenanya ma’lam (amak ma’alim) berarti petunjuk jalan, atau sesuatu yang menunjukkan dirinya atau dengan apa seseorang ditunjukkan. Hal yang sama juga pada kata alam berarti rambu jalan sebagai petunjuk. Di samping itu, bukan tanpa tujuan al-Quran menggunakan istilah ayat baik terhadap wahyu, maupun terhadap fenomena alam


B. KEWAJIBAN MENUNTUT ILMU PENGETAHUAN

وَمَاكَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَآفَةً فَلَوْلاَ نَفَرَ مِن كُلِّ فِرْقَةٍ مِنهُمْ طَآئِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ {122}
Artinya: tidak sepatutnya bagi orang-orang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang dari mereka untuk memperdalam ilmu pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. [At-taubah:122]
Tafsir ayat:
Berkata Ibnu Abbas mengernai ayat ini, “Tidak sepatutnya orang-orang yang mukmin itu pergi semua ke medan perang dan meninggalkan rosulullah seorang diri”.
Berkata qotadah, “jika rosulullah SAW. Mengirim pasukan untuk berperang, maka hendaklah sebagian pergi berperang dan sebagian lagi tinggal bersama rosulullah untuk mempelajari dan memperdalam pengetahuan mereka tentag agama, kemudian dengan pengetahuan yang mereka peroleh itu, hendaklah mereka kembali kepada kaumnya untuk memberi peringatan kepada mereka.”
Berkata Ad-Dhahhak, “Jika rosulullah mengajak berjihad (perang total) maka tidak boleh tinggal di belakang kecuali mereka yang uzdur. Akan tetapi jka rosulullah memerintahkan sebuah “sariyyah” maka hendaklah sebagian pergi berperang dan segolongan lagi tinggal bersama rosulullah memperdalam pengetahuannya tentang agama, untuk di ajarkan kepada kaumnya jika kembali.”

Sebab turunnya ayat:
Hadits dari Abdullah dan Ubaid bin umair berkata, karena begitu semangatnya orang-orang mukmin dalam berjihad ketika rosulullah mengutus pasukan perang, mereka semua keluar dan meninggalkan nabi.
Pada dasarnya kita hidup didunia ini tidak lain adalah untuk beribadah kepada Alloh. Tentunya beribadah dan beramal harus berdasarkan ilmu yang ada di Al-Qur’an dan Al-Hadist. Tidak akan tersesat bagi siapa saja yang berpegang teguh dan sungguh-sungguh berpedoman pada Al-Qur’an dan Al-Hadist. Rosulullah Saw bersabda:
“Apabila Allah menghendaki kebaikan kepada seseorang, maka Dia akan memberikan kepahaman agama kepadanya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dari hal inilah mencari ilmu itu merupakan kewajiban pasti bagi setiap orang Islam, pria maupun wanita. Kewajibannya tersebut tidak terbatas pada masa remaja, tetapi sampai tua pun kewajiban mencari ilmu tidak pernah berhenti. Seperti halnya dalam Hadits:
Rosulullah Saw bersabda, “Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim, dan orang yang meletakkan ilmu pada selain yang ahlinya bagaikan menggantungkan permata mutiara dan emas pada babi hutan.” (HR. Ibnu Majah dan lainnya)
Dalam haditsnya yang lain rosul bersabda: Carilah ilmu mulai dari sejak lahir hingga ke liang lahat. (Al-hadits). Berbeda halnya dengan kewajiban untuk berperang yang kewajibannya di tentukan hanya apabila ada perang, sehingga dalam hal ini pentingnya kewajiban mencari ilmu itu mengalahkan kewajiban berjihad.
Dalam kitab “Ta’limul Muta’allim” disebutkan bahwa ilmu yang wajib dituntut terlebih dahulu adalah “ilmu Haal” yaitu ilmu yang seketika itu pasti digunakan dan diamalkan bagi setiap orang yang sudah baligh. Seperti ilmu Tauhid dan ilmu Fiqih. Di dalam ilmu Tauhid yang harus dipelajari dahulu mengenal ke-Esaan Allah serta sifat-sifat-Nya yang wajib dan muhal, kepercayaan kepada malaikat, kitab-kitab Allah, para Rosul, hari kiamat dan takdir baik dan buruk adalah dari Allah. Kemudian di dalam ilmu Fiqih yang harus dipelajari berkisar tentang Ubudiyyah dan Muamalah.
Apabila dua bidang ilmu itu telah dikuasai, barulah mempelajari ilmu-ilmu lainnya, misalnya ilmu kedokteran, dan ilmu-ilmu yang bermanfaat bagi manusia.


C. PERBANDINGAN ORANG BERILMU DAN TIDAK BERILMU
Dalam ayat lain, Al-quran juga membandingkan antara orang-orang yang berilmu dengan orang-orang yang tidak berilmu. Hal ini tedapat dalam suroh Ar-ro’du ayat 16:

قُلْ مَن رَّبُّ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ قُلِ اللهُ قُلْ أَفَاتَّخَذْتُم مِّن دُونِهِ أَوْلِيَآءَ لاَيَمْلِكُونَ لأَنفُسِهِمْ نَفْعًا وَلاَضَرًّا قُلْ هَلْ يَسْتَوِي اْلأَعْمَى وَالْبَصِيرُ أَمْ هَلْ تَسْتَوِي الظُّلُمَاتُ وَالنُّورُ أَمْ جَعَلُوا للهِ شُرَكَآءَ خَلَقُوا كَخَلْقِهِ فَتَشَابَهَ الْخَلْقُ عَلَيْهِمْ قُلِ اللهُ خَالِقُ كُلِّ شَىْءٍ وَهُوَ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ {16}
Artinya: katakanlah siapa tuhan langit dan bumi? Jawabnya “Allah” katakanlah, maka patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu selain Allah, padahal mereka tidak menguasai manfaatan dan tidak pula kemudorotan bagi diri mereka sendiri?” katakanlah, “adakah sama orang buta dengan orang yang dapat melihat” dan samakah antara gelap gulita dengan terang benderang” apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaanya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka? Katakanlah Allah adalah pencipta segala sesuatu dan dialah tuhan yang maha esa lagi maha perkasa.

قُلْ : fi’il amar, (ya Muhammad liqaumika) katakanlah wahai Muhammad pada kaummu.
أَوْلِيَآءَ: (asnaman ta’budunaha) patung-patung yang di sembah
الظُّلُمَاتُ: (alkufru) kafir وَالنُّورُ: (al imanu) iman
قُلِ اللهُ خَالِقُ كُلِّ شَىْءٍ: (la syarika lahu fihi fala syarika lahu fil ibadat) tidak ada teman dalam membuatnya dan tidak ada pula dalam beribadah kepadanya.

Tafsir ayat:
Dalam ayat ini Allah menentukan tiada tuhan selain dia. Orang-orang yang menyembah tuhan selain Allah mengakui bahwa Allahlah yang menciptakan langit dan bumi dan dialah yang menguasai dan mengaturnya, mengakui bahwa tuhan-tuhan mereka tidak dapat memberi manfaat dan menolak mudorat bagi mereka sendiri apalagi nagi orang-orang yang menyembahnya.
Allah berfirman قُلْ هَلْ يَسْتَوِي اْلأَعْمَى katakanlah apakah sama antara orang-orang yang buta, sebagai perumpamaan bagi orang-orang yang menyembah tuhan selain Allah, dengan ayat وَالْبَصِيرُ orang-orang yang dapat melihat sebagai perumpamaan bagi orang-orang yang mengesakan Allah? أَمْ هَلْ تَسْتَوِي الظُّلُمَاتُ وَالنُّورُ Dan apakah sama antara keadaan gelap gulita dengan terang benderang.? Sedangkan dalam ayat:
أَمْ جَعَلُوا للهِ شُرَكَآءَ خَلَقُوا كَخَلْقِهِ فَتَشَابَهَ الْخَلْقُ عَلَيْهِمْ قُلِ اللهُ خَالِقُ كُلِّ شَىْءٍ وَهُوَ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ
Allah bertanya dengan nada ingkar, apakah orang-orang yang musyrik itu menyamakan tuhan yang mereka sekutukan kepada Allah serupa dengan Allah, dan apakah tuhan-tuhan mereka itu dapat menciptakan sebagaimana Allah menciptkan, sehingga mereka tidak dapat membedakan mana yang di ciptakan Allah dan mana yang di ciptakan makhluqnya. Maha sucilah Allah dari anggapan dan kepercayaan yang demikian itu.
Dalam ayat tersebut sangat erat sekali hubungannya dengan firmannya yang lain:

أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ ءَانَآءَ الَّيْلِ سَاجِدًا وَقَآئِمًا يَحْذَرُ اْلأَخِرَةَ وَيَرْجُوا رَحْمَةَ رَبِّهِ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لاَيَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُوا اْلأَلْبَابِ {9}
Artinya: apakah kamu hai orang-orang musyrik yang lebih beruntung? Ataukah orang yang beribadah di waktu malam dengan bersujud sendiri sedang ia takut kepada adzab dan mengharap rahmat tuhannya? Katakanlah “apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (Az-umar:9)

Makna mufrodat ayat:
هُوَ قَانِتٌ: (Qoimun biwadhoifit to’at)selalu tetap dalam keadaan to’at
ءَانَآءَ الَّيْلِ: (sa’atuhu) waktunya
سَاجِدًا وَقَآئِمًا: (fissolati) selalu sujud dan berdiri dalam sholat
يَحْذَرُ اْلأَخِرَةَ: (yakhofu adzabiha) takut akan siksa akhirat
أُولُوا اْلأَلْبَابِ: (ashabul uqul) orang-orang yang mempunyai akal

Tafsir ayat:
Allah SWT. Berfirman: apakah orang yang tekun beribadah di waktu malam bersujud dan berdiri seraya hatinya penuh rasa takut dari adzab akhirat di samping harapan memperoleh rahmat tuhannya apakah orang yang seperti itu dapat di samakan dengan orang yang musyrik yang mengada-ada sekutu bagi Allah, tentu saja tidak sama. Begitu pula antara orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui tidaklah sama dengan kedudukannya di dunia dan di akhirat, di hadapan sesame manusia dan di sisi Allah.
Dari ayat قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لاَيَعْلَمُونَ begitu tampak perbedaan antara orang yang berilmu dan tidak berilmu, sehingga Alquran juga membedakan tempat keduanya di dunia dan akhirat. Hal ini juga terdapat dalam ayat lain suroh (mujadalah:11) yang artinya:
Allah menganngkat derajat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang mempunyai ilmu [al-mujadalah:11]


HANYA ORANG YANG BERILMU YANG TAKUT PADA ALLAH

أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللهَ أَنزَلَ مِنَ السَّمَآءِ مَآءً فَأَخْرَجْنَا بِهِ ثَمَرَاتٍ مُّخْتَلِفًا أَلْوَانُهَا وَمِنَ الْجِبَالِ جُدَدٌ بِيضٌ وَحُمْرٌ مُّخْتَلِفٌ أَلْوَانُهَا وَغَرَابِيبُ سُودٌ {27} وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَآبِّ وَاْلأَنْعَامِ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ كَذَلِكَ إِنَّمَا يَخْشَى اللهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاؤُا إِنَّ اللهَ عَزِيزُُ غَفُورٌ {28}
Artinya: tidakkah kamu melihat bahwasannya Allah menurunkan hujan dari langit lalu kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka macam jenisnya. Dan di antara gunung-gunung itu ada garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya ada pula yang hitam pekat. Dan demikian pula di antara manusia binatang binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang yang bermacam warnanya. Sesungguhnya hanya ulama lah yang takut kepada Allah para hamba-hambanya,sesungguhnya Allah maha perkasa lagi maha pengampun. (fathir:27-28)

Suroh fathir terdiri dari 45 ayat, dan di turunkan sesudah suroh Al-furqon juga menjadi suroh terakhir dari dalam Al-quran yang di mulai dengan Alhamdulillah. Adapun penamaannya dengan fathir, itu ada hubungannya dengan kata fathir yang terdapat pada awal suroh. فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ

Tafsir ayat:
أَلَمْ تَرَ (tidakkah kamu melihat) mengetahui- أَنَّ اللهَ أَنزَلَ مِنَ السَّمَآءِ مَآءً فَأَخْرَجْنَا (bahwasannya Allah menurunkan hujan dari langit lalu kami hasilakan) dalam ungkapan ayat ini terkandung iltifath terhadap dhomir gaib- بِهِ ثَمَرَاتٍ مُّخْتَلِفًا أَلْوَانُهَا (dengan hujjah itu buah-buahan yang beraneka ragam jenisnya) ada yang berwarna hijau, merah, dan kuning dan warna-warna lainnya.- وَمِنَ الْجِبَالِ جُدَدٌ (dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis) judadun adalah bentuk jamak dari lafadz juddatun, artinya jalan yang terdapat di gunung dan lainnya- بِيضٌ وَحُمْرٌ (putih, merah) dan kuning- مُّخْتَلِفٌ أَلْوَانُهَا (yang beraneka macam warnanya) ada yang tua dan ada yang muda- وَغَرَابِيبُ سُودٌ (dan ada – pula – yang hitam pekat)di athafkan kepada lafadz juddadun, artinya ialah batu-batu yang besar yang hitam pekat warnanya. Di katakana aswadu gharbibu, hitam pekat; tetapi sangat sedikit di katakan gharbibu aswadu.

وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَآبِّ وَاْلأَنْعَامِ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ كَذَلِكَ (dan demikian-pula-di antara manusia manusia, binatang melata dan binatang ternak ada yang bermacam warnanya) sebagaimana beraneka ragamnya buah-buahan dan gunung-gunung.- إِنَّمَا يَخْشَى اللهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاؤُا (sesungguhnya yang takut kepada kepada Allah di antara hamba-hambanya, hanyalah ulama) berbeda halnya dengan orang yang jahil seperti orang-orang kafir makkah.- إِنَّ اللهَ عَزِيزُُ (sesungguhnya Allah maha perkasa) di dalam kerajaannya- غَفُورٌ (lagi maha pengampun) terhadap dosa hamba-hambanya yang mukmin.

Dari ayat di atas dapat di ambil sebuah kesimpulan hukum bahwa “hanya orang-orang yang berilmu lah yang benar-benar takut kepada Allah.” Hal ini sesuai dengan hadist nabi yang berbunyi: Al-ulamaa’u warostatul anbiya’ (Al-hadist).
Sebuah pernyataan rosulullah bahwa ulama itu menjadi warisan para nabi karena tidaklah mungkin jika orang yang bodoh (jahil) menyampaikan sebuah risalah yang di bawa oleh Rosul. Karena kita mengenal ijma’, qiyas, dsb. Itu semua adalah hasil daripada olah pikiran orang-orang pintar sehingga dalam islam, sendiri mengenal adanya empat madzhab.












BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setelah kami menjelaskan dari semua keterangan di atas, maka sebagai akhir dari makalah ini kami akan menyimpulkan bahasan dari makalah yang kami buat sebagai berikut:

1. Ilmu: Mengetahui sesuatu yang bisa memperbaiki hati dan segenap panca indra sehingga bisa bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Jika mengetahinya itu melalui sebuah proses ke ilmuan secara sistematis tentang suatu system, maka itu di sebut sains. Sedangkan pengetahuan bermula dari bahasa arab yaitu Al-ilmu dan berasal dari kata “alamah” yang mempunyai arti “tanda” atau symbol yang dengannya segala sesuatu dapat di ketahui.
2. Kewajiban menuntut ilmu mengalahkan kewajiban berjihad dengan alasan menuntut ilmu di perintah dengan tidak di batasi ruang dan waktu, adapun kewajiban jihad (perang) itu di perintah dengan adanya pembatas yakni hanya ketika ada perang.
3. Membedakan derajat orang yang berilmu dan tidak berilmu di mata manusia dan di sisi tuhan.
4. Di antara sekian makhluq tuhan dari jenis manusia hanya ulama’alh (orang-orang yang berilmu) yang takut kepadanya.


B. SARAN-SARAN

Dari sekian yang kami tulis, buat pembaca yang budiman sudilah kiranya memberikan kritik, saran dan masukan kepada kami apabila mendapat kesalahan atau kekurang sempurnaan dari makalah yang kami tulis, demi melanjutkannya ke depan.

Daftar Pustaka
Bahreisy, said’ bahreisy salim, Terjemah singkat tafsir ibnu katsir, Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1998, jilid 1
Al-mahalli, Jalaluddin’ Al-suyuti, jalaluddin, Terjemah tafsir jalalain berikut asbabun nuzulnya, Bandung: Sinar baru, 1990, Cet. 1

Continue Reading

0 komentar: