Diposting oleh ................................

"HADITS TENTANG PERSAUDARAAN"

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH
Mencintai sesame mukmin dan mengikat tali ukhuwah (persaudaraan) merupakan pekerjaan yang sangat mulia dan sangat penting. Sebagaimana dalam firmannya:

Artinya: Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan Para mukmin,
Dan yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman)[622]. walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha gagah lagi Maha Bijaksana.
Ukhuwah (persaudaraan) yang terjalin antara sesame mukmin tersebut di bangun di atas dasar iman dan aqidah. Ia adalah persaudaraan yang terjalin karena Allah dan merupakan tali iman yang paling kuat. Oleh karenanya ikatan persaudaraan antara sesame mukmin merupakan model persaudraan yang paling berharga dan hubungan paling mulia yang terbentuk sesame manusia. Maka kami pun tertarik mengangkat sebuah judul “PENTINGNYA PERSAUDARAAN DALAM ISLAM” guna mengingatkan manusia bahwa antara dirinya dan sesame merupakan saudara.



B. RUMUSAN MASALAH
Dengan meluasnya pembahsan pada makalah ini, maka perlu kiranya kami merumuskan beberapa rumusan masalah yang akan di bahas dalam bab pembahasan. Adpun perumusannya sebagai berikut:
1. Bagaimana hadits yang menjelaskan pentingnya ukhuwah dalam islam?
2. Bagaimana makna mufrodat daripada hadits tersebut?
3. Apa ibroh yang dpat di ambil dari hadits tersebut?
4. bagaimana cara menjaga persaudaraan?

C. TUJUAN PENULISAN
Setiap perihal yang di lakukan pasti mempunyai tujuan-tujuan yang objectif, begitu pula penulisan makalah ini yang tujuannya sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui hadits yang menjelaskan tentang ukhuwah islamiyah.
2. Untuk mengetahui makna mufrodat dari hadits-hsdits tersebut.
3. Guna mengetahui pelajaran yang dapat di ambil dari hadits itu.
4. Untuk mengetahui cara menjaga persaudaraan


















BAB II
PEMBAHASAN

A. HADITS

عن ابي حفس عمر ءابن خطاب رضي الله عنه قال, قال رسول الله صلى الله وسلم, لا يؤمن احدكم حتى يحب لاخيه مايحب لنفسه (رواه بخاري ومسلم)
Seseorang di antara kamu tidak akan beriman (dengan sempurna) kecuali mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri
عن ءابن عمر رضي الله عنه قال, قال رسول الله صلى الله عليه وسلم, المسلم اخ المسلم لا يظلمه ولا يسلمه (متفق عليه)
“Seorang muslim adalah saudara dengan muslim lainnya, tidak boleh mendholimi di antara keduanya dan jangan saling memusuhi”
المؤمن للمؤمن كالبنيان يشد بعضه بعضا (رواه البخاري ومسلم)
Orang mukmin dengan mukmin lainnya bagaikan satu bangunan yang memperkuat antara yang satu dengan yang lainnya.

B. MAKNA MUFRODAT HADITS
 Hadits pertama:
لا: Nafi yang bisa masuk pada fi’il maupun isim, adapun jika masuk pada isim sering di sebut sebagai لا نفية للجنس yang amalnya seperti amalnya “inna”, sedangkan yang dibahas dalam hadits ini adalah yang masuk di fi’il.
يؤمن: Fi’il mudhori’ yang hukumnya rofa’ karena tidak ada amil yang memerintahkan untuk nashob dan jazam, fi’il mudhori’ pada hadits di atas bermakna مستقبل yakni zaman yang akan di hadapi. Adapun fi’il mudhori’ tersebut mempunyai dua makna, makna حال dan مستقبل.
احد berkedudukan fa’il dari fi’il mudhori’ يؤمن yang hukumnya rofa’ dengan dhommah, sedangkan كم adalah mudhof ilaihi dari احد. Sehingga dari kata tersebut mempunyai arti “ seseorang di antara kamu tidak akan di katakan beriman secara sempurna”.
Adapun lafad يحب merupakan ma’tuf minhu dari lafadz يؤمن dengan huruf athof حتى, لاخيه merupakan jar majrur dan lam pada lafadz tersebut adalah lam yang mempunyai arti “kepada/terhadap”.
مايحب لنفسه: Adalah perumpamaan daripada يحب لاخيه sehingga setiap orang yang bisa di katakan beriman haruslah mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri.
 Hadits ke dua:
المسلم اخ المسلم: Adalah susunan daripada mubtada’ dan khobar yang keduanya sama-sama rofa’ karena tidak amil yang merusak keduanya, اخ yang merupakan rangkaian daripada اسماء الخمسة menjadi khobar dari المسلم. Sehingga lengkaplah kalimat tersebut dan mempunyai arti sesama muslim bersaudara.
لا يظلمه ولا يسلمه: merupakan susunan bahasa arab yang hampir mirip karena keduanya sama-sama kalimat fi’il yang terdiri dari fi’il mudhori’ dan juga sama-sama di awali dengan la nafi. La yang kedua berhubungan dengan la yang pertama karena ada huruf penghubung “wau athof” yang mana kedua kalimat tersebut merupakan cegahan bagi sesame muslim saling mendholimi dan memusuhi mengingat keduanya adalah saudara.




 Hadits ketiga:
المؤمن للمؤمن: Adalah susunan mubtada’ dan jar majrur menggunakan lam, yang mana menjadi object daripada permulaan tersebut. Adapun khobar dari mubtada’ di sini adalah jumlah ismiyyah.
كالبنيان :Adalah jar majrur dengan huruf jar kaf yang maksudnya sebagai perumpamaan bagi orang mukmin satu dengan yang lainnya yang di ibaratkan sebagai satu bangunan yang kokoh. Adapun seogyianya daripada bangunan itu harus memperkuat antara yang satu dengan yang lainnya dan di sabdakan dalam bentuk fi’il mudhori’ يشد بعضه بعضا

C. IBROH HADITS
Ukhuwah Islamiyah atau persaudaraan Islam adalah salah satu aspek yang vital dan sangat ditekankan di dalam ajaran agama Islam. Begitu banyak anjuran dan perintah yang menyerukan untuk mengeratkan ikatan persaudaraan antar sesama umat Islam, dan banyak pula larangan untuk memutuskan tali persaudaraan di dalam Islam. Semua itu telah disampaikan di dalam ajaran agama Islam, baik melalui firman Allah swt di dalam Al Quran maupun melalui sabda Rasulullah saw di dalam Al Hadits.
Rasulullah saw sendiri yang merupakan seorang manusia pilihan telah menunjukkan bagaimana seharusnya umat Islam senantiasa menjaga hubungan persaudaraannya melalui sabdanya, beliau telah begitu banyak mengingatkan kepada umatnya untuk senantiasa menjaga keutuhan persaudaraanya di dalam Islam, karena Islam adalah agama yang mengharamkan umatnya untuk memutuskan tali persaudaraan atau silaturahmi, terutama dengan saudara yang berada dalam satu naungan agama Islam.
“Dari Abdullah bin Abi Aufa ra. berkata, ketika sore hari pada hari Arafah, pada waktu kami duduk mengelilingi Rasulullah saw, tiba-tiba beliau bersabda, “Jika di majelis ini ada orang yang memutuskan silaturahmi, silahkan berdiri, jangan duduk bersama kami.” Dan ketika itu, diantara yang hadir hanya ada satu yang berdiri, dan itupun duduk di kejauhan. Kemudian lelaki itu pergi dalam waktu yang tidak lama, setelah itu ia pun datang dan duduk kembali. Kemudian, Rasulullah saw pun bertanya kepadanya,“Karena diantara yang hadir hanya kamu yang berdiri, dan kemudian kamu datang dan duduk kembali, apa sesungguhnya yang terjadi? Ia kemudian berkata, “Begitu mendengar sabda Engkau, saya segera menemui bibi saya yang telah memutuskan silaturahmi dengan saya. Karena kedatangan saya tersebut, ia berkata, “Untuk apa kamu datang, tidak seperti biasanya kamu datang kemari.” Lalu saya menyampaikan apa yang telah Engkau sabdakan. Kemudian ia memintakan ampunan untuk saya, dan saya meminta ampunan untuknya (setelah kami berdamai, lalu saya datang lagi ke sini).
Maka Rasulullah saw pun bersabda kepadanya, “Kamu telah melakukan perbuatan yang baik, duduklah, rahmat Allah tidak akan turun ke atas suatu kaum jika di dalamnya ada orang yang memutuskan silaturahmi.”
Apa yang telah terjadi dalam riwayat tersebut di atas tentunya sangat sesuai sekali dengan firman Allah swt berikut:
       •    
Artinya: Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat(Al-hujarot: 10)
Dan dalam ayat lain Allah berfirman:
…             
Artinya: Dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara.. [Al-imron:103]
“Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan saling berempati bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggotanya merasakan sakit maka seluruh tubuh turut merasakannya dengan berjaga dan merasakan demam.” (HR. Muslim)
D. CARA MENJAGA PERSAUDARAAN
Setelah kita mengetahui urgensi dari sebuah persaudaraan di dalam Islam, mulai saat ini marilah kita mulai untuk senantiasa menyambung, mempererat, dan menjaga ikatan silaturahmi kita di jalan Islam. Banyak hal yang dapat kita lakukan untuk dalam rangka menyambung, mempererat dan menjaga tali persaudaraan Islam, di antaranya adalah:
1. Ungkapan rasa cinta: Mengungkapkan rasa cinta yang selama ini dikenal di kalangan muda-mudi hanyalah sebatas menyatakan rasa cintanya kepada kekasihnya saja. Namun, Islam yang mengandung ajaran tertinggi memiliki cakupan yang lebih luas dari sekedar itu. Mengungkapkan rasa cinta ternyata juga sangat dibutuhkan dalam rangka mempererat persaudaraan dengan sesama umat Islam. Hal ini sebagaimana telah dianjurkan oleh Rasulullah saw dalam sabda-sabda beliau:
Rasulullah saw. bersabda, “Apabila seseorang mencintai saudaranya, hendaklah dia mengatakan cinta kepadanya.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
2. Tunjukkan Wajah Bahagia: Berjumpa dengan seseorang yang memiliki wajah berseri-seri tentunya akan menorehkan kenangan tersendiri. Wajah yang dengan senyum, penuh semangat dan tidak menunjukkan rona sendu akan menimbulkan kerinduan bagi saudaranya. Bisa saja dengan wajah berseri yang telah kita tunjukkan itu akan memberikan semangat positif bagi saudara yang kita jumpai. Dengan demikian, akan timbullah kerinduan untuk selalu ingin bertemu dan melihat wajah berseri itu.
Rasulullah saw. bersabda, “Janganlah kamu meremehkan kebaikan apapun, walaupun sekadar bertemu saudaramu dengan wajah ceria.” (HR. Muslim)
3. Berjabat Tangan: Berjabat tangan adalah salah satu bentuk sentuhan fisik yang dapat menyentuh hati kedua pihak yang melakukannnya jika dilakukan dengan niat tulus dan penuh semangat karena Allah swt. Genggamlah tangan saudaramu dengan erat dan hangat, hingga semangat dalam jabat tangan itu dapat meresap dalam sanubari.
4. Saling Berkunjung: Selain dapat mempererat tali persaudaraan di dalam Islam, saling kunjung-mengunjungi adalah salah satu cara yang akan membawa kita untuk memperoleh cinta dari Allah swt.
5. Memberikan Ucapan Selamat: Tak dapat dipungkiri lagi bahwa perhatian adalah salah satu bentuk tindakan yang sangat efektif untuk mempererat sebuah hubungan. Dan salah satu cara untuk menunjukkan perhatian kepada saudara kita adalah dengan mengucapkan selamat kepadanya manakala ia mendapatkan sebuah kesuksesan. Persaudaraan di dalam Islam dapat saja menjadi kendur hanya karena sifat saling acuh dan tidak peduli satu sama lain.
6. Saling Memberi Hadiah: Hadits marfu’ dari Anas bahwa, “Hendaklah kamu saling memberi hadiah, karena hadiah itu dapat mewariskan rasa cinta dan menghilangkan kekotoran hati.” (HR. Thabrani)
7. Saling Membantu: Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang melepaskan kesusahan seorang mukmin di dunia niscaya Allah akan melepaskan kesusahannya di akhirat. Siapa yang memudahkan orang yang kesusahan, niscaya Allah akan memudahkan (urusannya) di dunia dan di akhirat. Siapa yang menutupi (aib) seorang muslim, niscaya Allah akan menutupi (aibnya) di dunia dan di akhirat. Dan Allah selalu menolong hamba-Nya jika hamba tersebut menolong saudaranya.” (HR. Muslim)
Merujuk pada hadits di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa sesungguhnya membantu saudara kita yang tengah mengalami kesulitan atau musibah, pada dasarnya adalah untuk membantu diri kita sendiri kelak. Karena barang siapa memudahkan orang lain yang sedang mengalami kesusahan, makan Allah swt akan memudahkan kesulitannya di akhirat kelak. Barang siapa menutup aib saudaranya, maka Allah swt lah yang kelak akan menutup aibnya di dunia dan di akhirat.












BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari semua penjelasan di atas maka kami menarik sebuah kesimpulan sebagai berikut:
Persaudaraan dalam islam (seagama) sangatlah di anjurkan dalam kehidupan ini, sehingga banyak hadits dan ayat yang menjelaskan hal tersebut. Ada beberapa hal yang di anjurkan untuk menjaga persaudaraan tersebut. Adapun anjurannya sebagai berikut: mengngkapkan rasa cinta, bermuka bahagia di depannya (jangan bermuka masam), berjabat tangan, saling meberi hadiah, dan saling membantu.
B. SARAN-SARAN
Dari sekian yang kami tulis, buat pembaca yang budiman sudilah kiranya memberikan kritik, saran dan masukan kepada kami apabila mendapat kesalahan atau kekurang sempurnaan dari makalah yang kami tulis, demi melanjutkannya ke depan.













DAFTAR PUSTAKA

Al-khatir, Abdullah Terjemah Fannut Ta’malu Ma’an-Nas, Jakarta: Darul Marwah, tt, Cet.02
Hisyam, Abu Ashim bin Abdul qodir uqdah, Virus-virus ukhuwah, Mesir: www.dakwah.info, tt
Hamidy Fahruddin, Zainuddin, Tafsir Qur’an, Malaisia: Klang Blook Centre, tt
http://cahyaislam.wordpress.com/2009/05/11/menjaga-persaudaraan-islam/