Diposting oleh ................................

"MOTIVASI (PSIKOLOGI)"
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGETIAN DAN PRINSIP MOTIVASI

Di susun oleh: Bambang Hariadi 180 811 086
Kelas: E

Motiv merupakan salah satu aspek psikis yang paling berpengaruh dalam tingkah laku individu. Motif diartikan sebagai suatu keadaan yang sangat komplek dalam organisme (individu) yang mengarahkan perilakunya kepada satu tujuan,

baik disadari atau tidak. Perilaku tersebut bertujuan untuk mendapatkan insentif, jadi dapat disimpulkan bahwa adanya keinginan diluar need dan drives untuk memperoleh sesuatu hal. Definisi motif pun sangat beragam dari beberapa ahli yang membahas pokok persoalan ini. di antara definisi tersebut adalah motivasi yang terkandung dalam stimulasi kea rah tujuan tertentu, di mana sebelumnya tidak ada gerakan kea rah tujuan tersebut. Sementara itiu Omar Halik mengutip apa yang di sebutkan oleh Mc Donald yang menyebutkan : “ motivation is energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reactions” (motivasi adalah suatu perubahan energi dalam pribadi seseorang yang di tandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan).
Dari definisi yang kedua dapat di jelaskan di sini bahwa:
1. Motivasi di tandai dengan adanya perubahan energi. Perrubahan0perubahan motivasi yang menyertai motivasi di mulai dengan perubahan-perubahan tertentu dalam diri organisme.
2. Motivasi berkaitan dengan timbulnya afektif, yang semula berupa ketegangan kejiwaan dan berlanjut dengan adanya suasana emosi dan pada akhirnya menimbulkan perilaku yang bermotif. Gejala kejiwaan itu dapat di lihat secara langsung, akan tetapi ada juga yang tidak dapat di lihatdengan langsung. Gejala kejiwaan itu biasanya dapat terlihat ketika seseorang aktif belajar, karena akan di beri hadiah oleh guru atau orang tuanya.
3. Motivasi di tandai dengan adanya reaksi untuk mencapai tujuan tertentu. Sesorang yang mempunyai motivasi akan mengarah pada respon-respon yang mengarah pada satu tujuan. Selain motivasi juga di kenal juga kebutuhan, yang berarti kecenderungan-kecenderungan permanent dalam diri seseorang yang menimbulkan dorongan dan menimbulkan perilaku yang mencapai tujuan tertentu. Sedangkan tujuan itu sesuatu yang hendak di capai oleh suatu perbuatan yang pada gilirannya akan memuaskan kebutuhan.
Berbicara motiv hal tersebut tidak akan lepas dari lima hal sebagai berikut:
• Motivasi Sebagai Pengarah Tuju dan Penggerak Tindakan: “Perkataan Motivasi adalah berasal daripada perkataan Bahasa Inggeris - "MOTIVATION". Perkataan asalnya ialah "MOTIVE" yang juga telah dipinjam oleh Bahasa Melayu / Bahasa Malaysia kepada MOTIF, yakni bermaksud TUJUAN. Di dalam surat khabar, kerap pemberita menulis ayat "motif pembunuhan". Perkataan motif di sini boleh kita fahami sebagai sebab atau tujuan yang mendorong sesuatu pembunuhan itu dilakukan.” Jadi, ringkasnya, oleh kerana perkataan motivasi adalah bermaksud sebab, tujuan atau pendorong, maka tujuan seseorang itulah sebenarnya yang menjadi penggerak utama baginya berusaha keras mencapai atau mendapat apa juga yang diinginkannya sama ada secara negatif atau positif.
• Motivasi Sebagai Pendorong: Tujuan atau motif adalah sama fungsinya dengan matlamat, wawasan, aspirasi, hasrat atau cita-cita. Jadi, wawasan, cita-cita, impian, keinginan atau keperluan seseorang itu malah bagi sesebuah negara merupakan pendorong utama yang menggerakkan usaha bersungguh-sungguh untuk mencapai apa yang dihajatkan. Lebih penting sesuatu yang ingin dicapai, dimiliki, diselesaikan atau ditujui, lebih serius dan lebih kuatlah usaha seseorang, sesebuah keluarga, organisasi, masyarakat atau negara untuk mencapai apa juga matlamat yang telah ditetapkan. Jadi, dengan matlamat atau hasrat yang lebih penting atau besar, lebih kuatlah pula dorongan atau motivasi seseorang itu untuk berusaha bagi mencapai matlamatnya.
• Motivasi Sebagai Darjah Kesungguhan: Tahap kepentingan sesuatu yang seseorang ingin capai, memberi kesan terhadap tahap kesungguhannya berusaha. Sungguhpun masa untuk mencapainya agak lama, tetapi jika apa yang dihasratkan itu amat penting, ia akan terus tetap mempunyai keinginan atau kesungguhan untuk berusaha sehinggalah matlamatnya tercapai.
• Motivasi Sebagai Stimulator: Untuk menjelaskan maksud ini, saya ingin ambil kisah berikut:
Seseorang lelaki dan wanita yang sedang saling amat cinta mencintai sehingga telah berjanji untuk hidup bersama, akan berusaha dengan penuh kesungguhan untuk menjadi suami isteri walaupun menghadapi pelbagai halangan untuk berbuat demikian. Itulah sebabnya, ramai pasangan yang kita dengar pergi bernikah ke luar negara apabila ada halangan yang tidak membolehkan mereka mendapat sijil perkahwinan di dalam negara atas sebab halangan undang-undang. Seperti kata pepatah Melayu "Nak, seribu daya. Tak nak, seribu dalih."
• Motivasi Sebagai Pemangkin Keberanian: Untuk menjelaskan maksud ini, saya ingin menceritakan sedikit pengalaman saya semasa kanak-kanak dahulu. Semasa saya baru berusia kira-kira 10 tahun, saya amat takut berada di tempat gelap, sebab takut akan "terjumpa hantu". Amalan di kampung saya terutamanya pada tahun-tahun 60an dan 70an ialah apabila seseorang ahli keluarga meninggal dunia, pada rumah orang yang meninggal dunia itu hendaklah ada orang yang tidak tidur atau berjaga sampai pagi, selama tujuh hari. Amalan ini dipanggil "modtudau". Suatu hari, ada kematian di kampung saya. Masa itu, banyak cerita tentang "hantu bangkit" di tempat kelahiran saya (Kundasang, Ranau, Sabah - Kini Kundasang adalah sebuah pusat peranginan yang terkenal di rantau ini). Kerana minat "modtudau", saya tidak melepaskan peluang untuk "modtudau" bersama.
• Motivasi Sebagai Pemangkin Keberanian: Untuk menjelaskan maksud ini, saya ingin menceritakan sedikit pengalaman saya semasa kanak-kanak dahulu. Semasa saya baru berusia kira-kira 10 tahun, saya amat takut berada di tempat gelap, sebab takut akan "terjumpa hantu". Amalan di kampung saya terutamanya pada tahun-tahun 60an dan 70an ialah apabila seseorang ahli keluarga meninggal dunia, pada rumah orang yang meninggal dunia itu hendaklah ada orang yang tidak tidur atau berjaga sampai pagi, selama tujuh hari. Amalan ini dipanggil "modtudau". Suatu hari, ada kematian di kampung saya. Masa itu, banyak cerita tentang "hantu bangkit" di tempat kelahiran saya (Kundasang, Ranau, Sabah - Kini Kundasang adalah sebuah pusat peranginan yang terkenal di rantau ini). Kerana minat "modtudau", saya tidak melepaskan peluang untuk "modtudau" bersama.
Aktivitas belajar bukanlah suatu kegiatan yang dilakukan yang terlepas dari faktor lain. Aktivitas belajar merupakan kegiatan yang melibatkan unsur jiwa dan raga. Belajar tak akan pernah dilakukan tanpa suatu dorongan yang kuat baik dari dalam yang lebih utama maupun dari luar sebagai upaya lain yang tak kalah pentingnya. Faktor lain yang mempengaruhi aktivitas belajar seseorang itu dalam pembahasan ini disebut motivasi. Motivasi adalah gejala psikologis dalam bentuk dorongan yang timbul pada diri sesorang sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Motivasi bisa juga dalam bentuk usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya.
Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktivitas belajar seseorang. Tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar. Agar peranan motivasi lebih optimal, maka prinsip-prinsip motivasi dalam belajar tidak hanya diketahui, tetapi juga harus diterangkan dalam aktivitas belajar mengajar. Kalau kita kembali ke konsep dasar motivasi. Kita pasti akan bertemu dengan Definisi Dasar Motivasi, yaitu : suatu dorongan / rangsangan yang mampu menggerakkan kita untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh, motivasi anda untuk blogging, berkarir, berbisnis. Bisa dipastikan, bahwa semua itu bisa terjadi, karena adanya dorongan-dorongan motivasi yang anda terima. Sehingga anda mau melakukannya dengan penuh antusias.
Sedangkan prinsip-prinsip motivasi itu terbagi menjadi 12 bagian, sebagai berikut:
 Pujian Lebih Efektif Daripada Hukuman. Hukuman bersifat menghentikan suatu perbuatan, sedangkan pujian bersifat menghargai apa yang di lakukan. Oleh karena itu pujian lebih besar nilanya daripada hukuman dalam motivasi.
 Semua siswa mempunyai kebutuhan psikologis (yang bersifat dasar) yang harus mendapatkan pemuasan. Kebutuhan-kebutuhan itu muncul dalam bentuk yang tidak sama. Anak didik yang dapat memenuhi kebutuhannya secara efektif melalui aktivitas belajarnya, hanya membutuhkan sedikit bantuan dalam motivasinya.
 Motivasi berasal dari dalam inidividu (internal) lebih baik daripada yang berasal dari luar individu (eksternal). Motivasi yang bersifat internal biasanya lebih kuat dan lebih bertahan lama daripada motivasi yang bersifat eksternal.
 perbuatan yang sesuai dengan keinginan memerlukan penguatan (reinforcement)
 motivasi mudah di alihkan kepada orang lain.
 pemahaman yang benar terhadap tujuan belajar akan merangsang motivasi
 tugas-tugas dan keinginan yang bersumber dari diri sendiri akan lebih kuat di kerjakan daripada yang bersal dari orang lain.
 pujian yang datangnya dari luar kadang kala di perlukan dan cukup efektif untuk merangsang minat belajar.
 teknik dan metode mengajar guru yang bervariasi akan menumbuh kembangkan minat belajar siswa.
 minat tertentu yang dimiliki siswa akan mendukung untuk mempelajari minat yang lain.
 sesuatu yang dapat merangsang anak yang kemampuannya kurang, tidak dapat secara otomatis merangsang mereka yang kemampuannya tinggi.
 motivasi yang tinggi erat kaitannya kreativitas siswa.
B. TEORI MOTIVASI
(Di susun Oleh: Mohlis 180 811 275)
Kelas: E
Sebelum kita membahas berbagai teori motivasi, maka perlu kita ketahui terlebih dahulu apa pengertian daripada teori itu sendiri. Teori dalam ilmu pengetahuan “berarti model atau kerangka pikiran yang menjelaskan fenomena alami atau fenomena sosial tertentu. Teori dirumuskan, dikembangkan, dan dievaluasi menurut metode ilmiah. Teori juga merupakan suatu hipotesis yang telah terbukti kebenarannya.”
Selama paling sedikit dua ribu tahun, para filsuf barat meneliti “alasan” dan “hasrat”, dua unsur berbeda yang diyakini bertentangan. Baru kemudian pada pertengahan abad ke-19, studi mengenai motivasi memperlihatkan kaitan keduanya. Ketika itu sangat dipengaruhi oleh Teori Evolusi dari Charles Darwin yang menyatakan bahwa manusia berevolusi dalam pergulatan keras dengan alam (Selection of Natural). Ahli Biologi dan Psikologi menyatakan “hasrat” seperti itu secara mekanis mengendalikan tubuh manusia untuk memenuhi kebutuhan badaniah-nya. Sebagai contoh, seseorang yang merasa lapar karena mengerutnya perut yang kosong, akan termotivasi untuk makan. Motivasi internal seperti ini menjadi alasan yang lebih diterima daripada alasan eksternal, seperti alasan karena mencium bau sedap makanan. Sementara itu, beberapa eksperimen yang diadakan oleh seorang psikolog, R.S. Woodworth, dengan cara persaingan (competition), persaingan diri (self competition) dan pembuatan jarak (pace maker). Membuktikan bahwa perangsang-perangsang dapat menimbulkan “motif” untuk mencapai tujuan. Motiv itu mempunyai sebuah teori yang pembagiannya di bagi menjadi 5 bagian:
 Teori Hedonisme: Hedonisme adalah bahasa yunani yang berarti kesukaan, kesenangan atau kenikmatan. Berbicara mengenai hedonisme, maka kita tidak bisa mengesampingkan seorang filosof Yunani yang dinilai punya peranan signifikan dalam membangun epistemologi hedonisme, yaitu Epicurus of Sámos karena Hedonisme adalah suatu aliran di dalam filsafat yang memandang bahwa tujuan hidup utama bagi manusia adalah mencari kesenangan yang bersifat duniawi. Pada abad. Ketujuh belas, hobbes bahwa apapun alasannya yang di berikan seseorang untuk perilakunya, sebab-sebab terpendam untuk semua perilaku itu adalah kecenderungan untuk mencari kesenangan dan menghindari kesusahan. Oleh karenanya setiap menghadapi persoalan perlu adanya pemecahan, menusia cenderung memilih Alternatif pemecahan yang dapat mendatangkan kesenangan daripada yang mengakibatkan kesukaran, kesulitan, dan penderitaan. Implikasi dari teori ini adalah adanya anggapan bahwa semua orang cenderung menghindari hal-hal yang menyulitkan dan lebih menyukai melakukan perbuatan yang mendatangkan kesenangan. Siswa di kelas merasa gembira dan bertepuk tangan ketika mendengarkan pengumuman dari kepala sekolah bahwa guru matematika yang mereka benci tidak bisa mengajar karena sakit. Menurut teori Hedonisme, para siswaharus di beri motivasi secara tepat agar tidak malas belajar matematika dengan cara memnuhi kesenangannya.
 Teori Naluri (psikonalisis): Naluri atau insting adalah suatu pola perilaku dan reaksi terhadap suatu rangsangan tertentu yang tidak dipelajari tapi telah ada sejak kelahiran suatu makhluk hidup dan diperoleh secara turun-temurun (filogenetik). Dalam psikoanalisis, naluri dianggap sebagai tenaga psikis bawah sadar yang dibagi atas naluri kehidupan (eros) dan naluri kematian (thanos). Teori naluri ini berdasarkan tiga pokok dorongan nafsu:
 Dorongan nafsu (naluri) mempertahankan diri.
 Dorongan nafsu (naluri) mengembangkan diri.
 Dorongan nafsu (naluri) mengembangkan/mempertahnkan jenis.
Teori naluri ini merupakan bagian terpenting dari pandangan mekanisme terhadap manusia. Naluri merupakan suatu kebutuhan psikologis bawaan, yang mempengaruhi anggota tubuh untuk berlaku dengan cara tertentu dal;am keadaan tepat. Sehinnga semua pikiran dan perilaku manusia merupakan hasil yang di wariskan dan tidak ada hubungannya dengan akal. Menurut teori naluri, seseorang tidak memilih tujuan dan perbuatan, akan tetapi di kuasai oleh kekuatan-kekuatan bawaan, yang menentukan tujuan dan perbuatan yang akan di lakukan. Freud juga percaya bahwa dalam diri manusia ada sesuatu yang tanpa di sadari menentukan setiap sikap dan perilaku manusia.
 Teori Reaksi yang Di Pelajari: Adalah teori seorang pemimpin dan guru, jika akan membteori ini bebeda dengan pandangan dengan tindakan atau perilaku manusia yang berdasarkan naluri-naluri, teerikan motivasi kepada siswa atau bawahannya hendaknya mengetahui latar belakang, lingkungan dan kebudayaan masing-masing, sehingga perlu adanya pelayanan yang berbeda-beda (tidak sama cara memotivasinya). Teori ini berbeda dengan tindakan atau perilaku manusia yang berdasarkan naluri-naluri, tetapi berdasarkan pola dan tingkah laku yang di pelajari dari kebudayaan di tempat orang itu hidup. Orang belajar paling banyak dari lingkungan kebudayaan di tempat ia hidup dan di besarkan. Oleh karena itu teori ini di sebut juga teori lngkungan kebudayaan. Menurut teori ini, apabila seorang pemimpin atau seorang pendidik akan memotivasi bawahannya atau anak didiknya, maka pemimpin atau pendidik itu hendaknya mengetahui benar-benar latar belakang kehidupan dan kebudayaan orang-orang yang di pimpinnya.
 Teori Daya Pendorong: (Drive Theori): Teori ini meruoakan paduan antara “Teori Naluri dan Teori Reaksi yang Di Pelajari” titik tolak dari teori ini terletak pada perbedaan Lingkungan Kebudayaan dan Naluri. Contoh: Memotivasi anak sejak kecil yang di besarkan di gunung kidulakan berbeda dengan memotivasi anak yang sejak kecil di besarkan di kota medan, meskipun yang di hadapi itu sama. Daya pendorong adalah semacam naluri, tetapi hanya suatu dorongan kekuatan yang luas terhadap suatu arah yang umum. Misalnya suatu daya pendorong terhadap lawan jenis. Semua orang dalam setiap kebudayaan pasti mempunyai daya pendorong terhadap lawan jenis. Namun cara-cara yang di gunakan berbeda bagi setiap individu, dan hal itu tergantung bagi latar belakang dan kebudayaan masing-masing.
 Teori Kebutuhan: Teori ini beranggapan bahwa tindakan yang di lakukan oleh manusia pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik atau kebutuhan psikis.
Maslow menyusun lima jenis kebutuhan secara berjenjang karena, seperti yang dia amati, beberapa kebutuhan baru menampakkan diri ketika kebutuhan pada level bawahnya terpenuhi, dan sebaliknya. Sebagai contoh, kalau anda seorang pengangguran tak berduit dan tidak ada orang yang bersedia menanggung kebutuhan hidup kamu padahal perut sangat lapar, pikiran kamu akan dipenuhi keinginan untuk memperoleh makanan (kebutuhan fisiologis) dan cenderung untuk melepaskan sementara kebutuhan lain, misalnya kebutuhan akan rasa aman (anda nyolong bakpao di pasar dengan risiko digebuki massa), atau kebutuhan akan rasa harga diri (berapa sih harga diri yang anda korbankan dengan menjadi maling bakpao?). orang Jawa melukiskan keadaan ini dengan istilah “Wong ngelih pikirane ngalih”.
Berikut adalah paparan maslow tentang kebutuhan.
1. Kebutuhan fisiologis (physiological needs): Kebutuhan yang paling mendasar. Oksigen untuk bernapas, air untuk diminum, makanan, tidur, buang hajat kecil maupun besar, dan seks merupakan contoh kebutuhan fisiologis.
2. Kebutuhan akan rasa aman dan keselamatan (safety and security needs): Kebutuhan akan rasa aman dan tentram mencakup lingkungan yang bebas dari segala bentuk ancaman, pekerjaan yang jelas, keamanan atas alat atau instrumen yang dipergunakan dalam beraktivitas. Dari hirarki kebutuhan tersebut dapat dilihat bahwa prioritas pemenuhan kebutuhan sangat ditentukan oleh tingkatan kebutuhan yang ada. Seiring dengan adanya berbagai kebutuhan individu, maka alasan individu untuk bekerja menjadi banyak pengikutnya sehingga pekerjaan memiliki makna tertentu bagi individu. Dilihat dari sudutd pandang psikologi, maka suatu pekerjaan memiliki beberapa makna sebagai berikut :

• Instrumen (Instrumental) Bekerja adalah suatu alat atau instrumen, hal ini dibagi menjadi dua bagian yaitu sebagai alat untuk mendapatkan penghasilan dan sebagai alat untuk melakukan aktivitas. Dalam hal ini bekerja merupakan instrumen untuk beraktivitas, sangatlah jelas bagi kita bahwa dengan kita bekerja maka semua kegiatan seolah-olah menjadi terprogram.
• Kesenangan (Enjoyment) Sejalan dengan aktivitas yang dilakukan sebagai konsekuensi logis dari bekerja, maka tidak jarang individu menemukan berbagai kesenangan dalam bekerja. Dengan kesenangan yang dimilikinya maka individu akan berfungsi secara optimal sehingga bermanfaat bagi perkembangan jiwanya dan juga memudahkannya dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya.
• Pemenuhan diri (Self fulfillment) Setiap orang ingin mengaplikasikan semua talenta yang dimiliki. Dengan bekerja maka individu memiliki kesempatan untuk mengaplikasikan semua kemampuan yang dimilikinya atau dengan kata lain bekerja memungkinkan seseorang untuk dapat mengaktualisasikan dirinya. Lewat pekerjaan, menghasilkan suatu karya cipta dan akan memperoleh pengakuan atau hasil karya tersebut, sehingga akan semakin memiliki diri yang positif dan memiliki rasa percaya diri yang tinggi.
• Institusi Sosial (Social institution) Pekerjaan akan menciptakan suatu institusi sosial. Dengan bekerja individu akan terikat dalam suatu institusi sosial yang memiliki aturan main sendiri yang berbeda dengan yang lain, sehingga dengan bekerja relasi sosial akan terbukan lebar dan terjalin hubungan interpersonal.
Dengan adanya paparan di atas maka dapat kami simpulkan bahwa kebutuhan rasa aman dan tentram adalah Setiap individu mempunyai kebutuhan akan rasa aman dan keselamatan. Jika kebutuhan fisiologis di atas telah terpenuhi, maka akan timbul dorongan yang kuat akan kebutuhan rasa aman ini. Karena kebutuhan rasa aman ini terpuasnya pada orang dewasa yang normal dan sehat, maka cara terbaik untuk memahaminya ialah dengan mengamati anak atau orang dewasa yang mengalami gangguan neorotik.
3. Kebutuhan untuk di terima dan di cinta: Kebutuhan ini adalah kebutuhan yang di alami oleh setiap manusia dalam pergaulan sehari-harinya, yang mana ia berusaha untuk di akui sebagai bagian dalam suatu komunitas social. Menurut Maslow “tanpa cinta pertumbuhan dan perkembangan kemampuan seseorang akan terhambat.” Para petugas klinis berulang kali bahwa bayi membutuhkan cinta.banyak sarjana psikopatologi terhalangnya pemuasan kebutuhan akan cinta menjadi sebab utama adanya penyesuaian.
4. Kebutuhan akan pengahargaan: Kita sering melihat dan membaca istilah "harga diri". Secara sederhana dapat dikatakan bahwa rasa harga diri itu merupakan
pikiran dan keyakinan yang ada di dalam batin seseorang. Pikiran dan
keyakinan itu mengatakan kepada Anda bahwa Anda adalah seorang yang berharga, dan bahwa Anda cukup mempunyai kemampuan dan cukup disukai. Jika Anda memilih untuk mempercayai pendapat semacam ini tentang diri Anda, Anda kemudian mengharapkan agar orang lain juga mempunyai pandangan yang sama terhadap diri Anda dan menyukai Anda. Dan karena Anda yakin bahwa Anda cukup berarti atau berharga, cukup mampu, dan cukup disukai, maka Anda akan cenderung untuk bersikap terbuka, ramah, optimis, rajin, rapi, dan berani. Sebaliknya, jika Anda atau anak Anda kurang mempunyai rasa harga diri, lalu merasa diri tidak mampu, tidak disukai, atau merasa diri tidak berharga atau tidak layak, Anda cenderung untuk berharap bahwa segala usaha Anda akan gagal. Anda menyangka bahwa orang-orang lain akan menolak dan meninggalkan Anda, dan memandang kehidupan Anda sebagai suatu kegagalan. Akibatnya, energi Anda akan dipusatkan untuk menjaga agar orang lain tidak mengetahui bagaimana Anda itu sebenarnya. Karena Anda menantikan penolakan dan kecaman, Anda cenderung untuk bersikap memusuhi, tertutup, dan tidak ramah. Karena menyangka akan gagal, maka Anda cenderung untuk menjadi malas, membatasi diri dan menyimpang atau melantur ke mana-mana. Dan karena Anda merasa diri tidak berharga, Anda akan mengabaikan kesehatan dan penampilan Anda. Atau Anda akan memakai waktu berjam-jam untuk mengatur agar penampilan Anda secara lahiriah terlihat cantik untuk mengelabui setiap orang agar semua percaya bahwa Anda mempunyai kepribadian yang baik. Maslow menemukan bahwa setiap orang memiliki katagori kebutuhan akan penghargaan yakni harga diri dan penghargaan dari orang lain. Harga diri meliputi akan kebutuhan akan kepercayaan diri, kompetensi, penguasaan, ketidak tergantungan dan kebebasan. Sedangkan penghargaan diri dari orang lain meliputi prestise, pengakuan, penerimaan, perhatian, kedudukan, dan nama baik.
5. Kebutuhan akan aktualisasi diri: Salah satu kebutuhan dasar manusia untuk tetap hidup normal adalah aktualisasi diri. Manusia perlu mencari lingkungan (atau kalau perlu menciptakannya sendiri) di mana ia bisa benar-benar menghayati keberadaannya. Setiap orang ingin merasakan nikmatnya menjadi orang yang berarti bagi sekitarnya. Tidak ada orang yang mau diabaikan. Setiap orang harus berkembang sepenuh kemampuannya. Pemaparan tentang psikologis untuk menumbuhkan mengembangkan dan menggunakan kemampuan untuk di sebut aktualisasi diri, dan merupakan salah satu aspek penting teorinya tentang motivasi manusia. Maslow juga menjelaskan kebutuhan ini sebagai hasrat untuk semakin menjadi diri sepenuh kemampuan sendiri, menjadi apa saja menurut kemampuannya.




C. TUJUAN MOTIVASI

(Di susun oleh: Zainulloh 180 811 435)
Kelas: E

Motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Adapun menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya "feeling" dan di dahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald ini mengandung tiga elemen/ciri pokok dalam motivasi itu, yakni motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling, dan dirangsang karena adanya tujuan. Namun pada intinya bahwa motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai.
Sedangkan tujuan dari motivasi itu sendiri di sini terbagi menjadi tiga bagian:
1. Tujuan secara umum: adalah tujuan untuk mengerakkan atau seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu.
2. Tujuan Bagi Seorang Guru: Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah masalah bagi guru. Karena di dalam diri siswa tersebut ada motivasi, yaitu motivasi intrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadaran sendiri memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada disekitarnya, kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya. Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Di sini tugas guru adalah membangkitkan motivasi peserta didik sehingga ia mau melakukan belajar.
Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut:
 Menjelaskan Tujuan Belajar Ke Peserta Didik. Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada siswa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.
 Hadiah. Berikan Hadiah Untuk Siswa Yang Berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.
 Saingan/kompetisi. Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
 Pujian. Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun.
 Hukuman. Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.
 Membangkitkan Dorongan Kepada Anak Didik Untuk Belajar.
Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik.
 Membentuk kebiasaan belajar yang baik.
 Membantu Kesulitan Belajar Anak Didik Secara Individual Maupun Kelompok
 Menggunakan Metode Yang Bervariasi
 Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Dari pemaparan di atas kami dapat menyimpulkan bahwa tujuan Motivasi bagi seorang guru adalah: untuk menggerakkan atau memacu siswa agar timbul keinginan dan kemauannya untuk mencapai prestasi belajar sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai yang di harapkan dan ditetapkan kurikulum.
3. Tujuan Motivasi Bagi Pemimpin: Pemimpin Menurut Miftha Thoha dalam bukunya dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang. Menurut Herzberg, yang tergolong sebagai faktor motivasional antara lain ialah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain. Sedangkan faktor-faktor hygiene atau pemeliharaan mencakup antara lain status seseorang dalam organisasi, hubungan seorang individu dengan atasannya, hubungan seseorang dengan rekan-rekan sekerjanya, teknik penyeliaan yang diterapkan oleh para penyelia, kebijakan organisasi, sistem administrasi dalam organisasi, kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku.
Jadi disini jelas bahwa pemimpin bisa menggunakan teori ini untuk memotivasi bawahannya agar dapat bekerja lebih baik dan berprestasi dengan melihat kebutuhan bawahannya dan memberikan penghargaan bagi karyawan yang berprestasi supaya bawahan yang lain dapat termotivasi untuk lebih berprestasi lagi dan bekerja lebih baik.
Teori selanjutnya yang sering digunakan adalah teori Macclelland (teori kebutuhan berprestasi) Teori motivasi itu sendiri adalah sebuah pikiran atau cara untuk memotivasi seseorang terhadap seseorang atau sekelompok orang lain agar mendapatkan sebuah pencerahan yang berupa semangat.






D. KONSEP DAN JENIS-JENIS MOTIVASI

Disusun oleh: AGUS WAHYUDI 180 811 039
Kelas : E

1. Konsep Motivasi
Motivasi merupakan jantungnya proses belajar. Oleh kerana motivasi begitu penting dalam proses pembelajaran, maka tugas guru yang pertama dan terpenting adalah membangkitkan atau membangun motivasi pelajar terhadap apa yang akan dipelajari oleh pelajar. Motivasi bukan sahaja menggerakkan tingkah laku, tetapi juga mengarahkan dan memperkuat tingkah laku. Pelajar yang bermotivasi dalam pembelajaran akan menunjukkan minat, semangat dan ketekunan yang tinggi dalam pelajaran, tanpa banyak bergantung kepada guru.
Apakah perkara yang menggerak dan menentukan tingkah laku seseorang itu? Antara traits yang selalu dikaitkan dengan konsep motivasi ialah : Keinginan (drives), keperluan (needs), insentif, rasa takut (fears), matlamat (goals), tekanan sosial (social pressure), kepercayan diri (self-confidence), minat (interests), rasa ingin tahu (curiousity), kepercayaan (beliefs), nilai (values), pengharapan (expectations), dan berbagai lagi.
Konsep motivasi juga dapat dijelaskan berdasarkan ciri-ciri individu atau traits. Sebagai contohnya, ada pelajar yang bertindak melakukan sesuatu disebabkan keinginan yang tinggi untuk berjaya; tetapi ada pula yang bertindak disebabkan takut untuk gagal; mungkin juga mereka bertindak kerana minat yang sangat mendalam dalam perkara itu, dan mungkin pula semata-mata disebabkan rasa bertanggung jawab kepada kedua ibubapak yang menaruh harapan begitu tinggi terhadap mereka.
Ada pula ahli Psikologi yang berpendapat bahawa konsep motivasi dirujukkan kepada keadaan diri seseorang buat masa itu sahaja. Sebagai contoh, semua pensyarah yang mengikuti kelas psikologi berusaha memberi sepenuh perhatian terhadap kuliah hari itu kerana mereka tahu apa yang diajar penting untuk ujian kenaikan pangkat. Pada dasarnya, motivasi yang terbentuk pada sesuatu ketika itu adalah gabungan antara traits diri dan keperluan pada masa itu. Persoalan yang boleh diajukan kepada diri sendiri: Adakah saya berada dalam bilik kuliah hari ini disebabkan saya menghargai ilmu, atau adakah kerana saya perlu menduduki ujian?
Satu kesimpulan boleh dibuat bahawa motivasi bergantung kepada dua faktor, yaitu faktor dalam dan faktor luar yang masing-masing dikenal sebagai motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
2. Jenis-jenis Motivasi
Menurut para pakar motivasi terdapat dua jenis motivasi yang umum, yaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah keinginan bertindak yang disebabkan oleh faktor pendorong yang murni berasal dari dalam diri individu, dan tujuan tindakan itu terlibat di dalam tindakan itu sendiri, bukan di luar tindakan tersebut. Berbeda dengan motivasi ekstrinsik, yaitu keinginan bertingkah laku sebagai akibat dari adanya rangsangan dari luar atau kerana adanya kekuasaan dari luar. Tujuan bertingkah laku pun tidak terlibat dalam tingkah laku itu sendiri, tetapi berada di luar tindakan tersebut.
a. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik merupakan motivasi yang berasal dari rangsangan di dalam diri setiap individu. Ia terdiri dari pada dorongan dan minat individu untuk melakukan suatu aktivitas tanpa mengharap ataupun meminta ganjaran. Sebagaimana yang sudah dibicarakan, Bruner (1966) mengaitkan motivasi intrinsik ini dengan naluri ingin tahu dan dorongan mencapai kemudahan belajar bagi murid yang baru masuk sekolah. Bagaimanapun, bukan semua motivasi intrinsik diwujudkan secara nyata, akan tetapi ada juga motivasi intrinsik yang dibentuk melalui pembelajaran dan pengalaman yang membawa kepuasan. Contohnya, kebisaaan membaca buku cerita dan bermain alat musik merupakan gerakan motivasi intrinsik yang dibentuk berdasarkan pembelajaran dan pengalamannya.
Harter (1981) mengenal pasti lima dimensi kecenderungan motivasi intrinsik dalam bidang pembelajaran. Dimensi-dimensi ini adalah insentif bekerja untuk memuaskan minat dan sifat ingin tahu, percobaan untuk mencapai penguasaan yang bebas, penilaian yang bebas berkenaan dengan apa yang hendak dilakukan di dalam kelas dan semangat untuk dapat meraih keberhasilan. Pelajar yang lebih cenderung ke arah motivasi intrinsik menyukai pekerjaan yang menantang. Mereka mempunyai insentif yang lebih untuk belajar memanfaatkan kepuasan diri sendiri daripada mengambil hati guru untuk mendapatkan nilai yang baik. Mereka lebih suka mencoba mengatasi masalah dengan sendirinya daripada bergantung pada bantuan ataupun bimbingan guru. Mereka juga menerapkan suatu sistem penguasaan target dan taraf pencapaian yang memperbolehkan mereka membuat penilaian yang bebas berkenaan dengan keberhasilan ataupun kegagalan mereka di dalam kelas tanpa bergantung pada guru untuk mendapatkan hasil ataupun penilaian.
b. Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik diwujudkan dalam bentuk rangsangan dari luar yang bertujuan menggerakkan individu untuk melakukan suatu aktivitas yang membawa manfaat kepada individu itu sendiri. Motivasi ekstrinsik ini dapat dirangsang dalam bentuk-bentuk seperti pujian, insentif, hadiah, dan nilai. Selain itu membentuk suasana dan lingkungan yang kondusif juga dapat dikategorikan kedalam bentuk motivasi ekstrinsik, karena hal tersebut dapat mendorong seorang pelajar untuk lebih giat belajar.
Contoh motivasi ekstrinsik yaitu, pujian yang diberikan oleh guru kepada seorang anak didiknya karena pekerjaannya yang baik akan menyebabkan daya usaha atau motivasi anak didiknya tersebut meningkat. Dalam hal ini berlakulah apa yang dikenal dengan “hukum pengaruh” yang menyatakan bahwa manusia cenderung untuk mengulangi perilaku yang mempunyai konsekwensi yang menguntungkan dirinya (konsekwensi positif) dan mengelakkan perilaku yang mengakibatkan timbulnya konsekwensi yang merugikan (konsekwensi negatif).
Konsekwensi positif ialah stimulus atau peristiwa yang menyebabkan kemajuan dalam pembelajaran ataupun perubahan kelakuan kearah yang positif. Konsekwensi ini lazimnya menggembirakan dan dapat disebut sebagai ganjaran. Contoh yang sangat sederhana ialah seorang juru ketik yang mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik dalam waktu singkat. Juru ketik tersebut mendapat pujian dari atasannya. Pujian tersebut berakibat pada kenaikan gaji yang dipercepat. Karena juru ketik tersebut menyenangi konsekwensi perilakunya itu, ia lalu terdorong bukan hanya bekerja lebih tekun dan lebih teliti, akan tetapi bahkan berusaha meningkatkan keterampilannya, misalnya dengan belajar menggunakan komputer sehingga kemampuannya semakin bertambah, yang pada gilirannya diharapkan mempunyai konsekwensi positif lagi di kemudian hari.
Konsekwensi yang tidak menyebabkan kemajuan dalam pembelajaran adalah konsekwensi negatif. Konsekwensi negatif adalah stimulus atau peristiwa yang diberikan setelah suatu respons berlaku, sehingga dimungkinkan akan mengakibatkan peningkatan respons itu. Sebagai contohnya adalah guru yang memberikan konsekwensi mengelakkan sesuatu yang menghalang pelajar daripada memberikan perhatian dalam kelas supaya pelajar itu dapat menumpukan perhatian pada konsekwensi utama.
Antara jenis konsekwensi, terdapat konsekwensi utama dan konsekwensi sekunder. Konsekwensi utama terdiri dari benda ataupun peristiwa yang memberi kesan langsung kepada kelakuan seseorang dan tidak bergantung pada pembelajaran suatu konsekwensi. Contohnya, gula-gula dan mainan. Anak-anak yang diberi gula-gula apabila dia berkelakuan baik akan terus berkelakuan baik karena mereka tahu mereka akan mendapat ganjaran itu.
Konsekwensi utama ini diberikan kepada pelajar karena mereka belum tahu cara bertindak apabila mendapat konsekwensi sekunder. Konsekwensi sekunder ialah stimulus atau peristiwa yang memperkuat suatu respons melalui pembelajaran. Konsekwensi ini bersifat linguistik ataupun sosial. Contohnya pujian guru, perhatian guru, marah, senyuman dari guru ataupun apapun yang mengisyaratkan perasaan seorang guru. Konsekwensi ini menjadi konsekwensi sekunder setelah berlakunya pembelajaran beberapa lama. Menurut Walberg (1986), kedua jenis konsekwensi ini penting bagi peningkatan kualitas dan kuantitas pembelajaran anak didik (pelajar).
Di dalam kelas, guru perlu mengetahui jenis konsekwensi yang hendak diberikan dan seberapa sering guru perlu memberikan konsekwensi tersebut kepada muridnya. Ada konsekwensi yang dapat diberikan dengan sering, contohnya pujian, dukungan ataupun bujukan. Menurut Kazdin(1984), konsekwensi lebih berkesan apabila diberikan sesering mungkin pada peringkat pembelajaran baru. Oleh karena itu, pada saat pelajar berada dalam tahap awal untuk mempelajari sesuatu (kewajiban baru), mereka sebaiknya diberi pujian dan dukungan sesering mungkin.Hukuman adalah suatu bentuk konsekwensi negatif dan ia sebaiknya tidak diberikan. Hukuman lazimnya digunakan oleh guru untuk menghapuskan kelakuan pelajar yang tidak baik. Hukuman ini mungkin berupa pekerjaan tambahan, skorsing, hukuman fisik dan berbagai jenis hukuman lainnya. Guru juga dapat menggunakan sindiran, kemarahan dan kritikan untuk menghukum kelakuan pelajar. Hampir semua jenis hukuman memberikan kesan buruk kepada pelajar. Oleh karena itu, konsekwensi jenis ini lebih baik tidak dilakukan. Hukuman boleh diberikan apabila jenis hukuman itu dibenarkan oleh pihak sekolah ataupun sesuai dengan ajaran yang diberlakukan.








E. BENTUK-BENTUK MOTIVASI
(Disusun oleh: Ach. Mubarok 180 811 027)
Kelas: E
Motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Adapun menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya "feeling" dan di dahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald ini mengandung tiga elemen/ciri pokok dalam motivasi itu, yakni motivasi itu mengawalinya terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling, dan dirangsang karena adanya tujuan.
Namun pada intinya bahwa motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.
Motivasi ada dua, yaitu motivasi Intrinsik dan motivasi ektrinsik.
• Motivasi Intrinsik. Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri.
• Motivasi Ekstrinsik. Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar.

Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah masalah bagi guru. Karena di dalam diri siswa tersebut ada motivasi, yaitu motivasi intrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadaran sendiri memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada disekitarnya, kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya.
Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Di sini tugas guru adalah membangkitkan motivasi peserta didik sehingga ia mau melakukan belajar.
Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut:
1. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik. Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada siwa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.
2. Hadiah Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.
3. Saingan/kompetisi Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
4. Pujian Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun.
5. Hukuman Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.
6. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar
Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik.
7. Membentuk kebiasaan belajar yang baik.artinya dalam motivasi ini telah membiasakan sesuatu kebaikan.baik secara prilaku,kata-kata,dan penampialan.
8. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok.makud dari membetuk kesulitan ini seperti halnya memberikan sbuah tugas baik dikelas maupun di luar kelas.seperti. Memberi Ulangan
Ulangan bisa dijadikan sebagai motivasi, anak didik biasanya mempersiapkan diri dengan belajar jauh-jauh hari untuk menghadapi ulangan. Oleh karena itu, ulangan merupakan strategi yang cukup baik untuk memotivasi anak didik agar lebih giat belajar. Namun demikian, ulangan tidak selamanya dapat digunakan sebagai alat motivasi. Ulangan yang guru lakukan setiap hari dengan tak terprogram, hanya karena selera, akan membosankan anak didik.
Oleh karena itu,ulangan akan menjadi alat motivasi bila dilakukan secara akurat dengan teknik dan setrategi yang sestematis dan terencana
9. Menggunakan metode yang bervariasi,dalam metode ini bisa mengetahui sifat-sifat atau karakter yang akan diberikan motivasi
10. Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran
11. Minat
Minat adalah kecendrungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas. Dengan kata lain, minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat tidak hanya diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan anak didik lebih menyukai sesuatu dari pada yang lainnya, tetapi dapat juga diimplementasikan melalui partisipasi aktif dalam suatu kegiatan. Anak didik yang berminat terhadap sesuatu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap sesuatu yang diminat itu dan sama sekali tidak menghiraukan sesuatu yang lain. Minat terhadap sesuatu itu dipelajari dan dapat mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat-minat baru. Jadi, minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan cenderung mendukung aktivitas belajar berikutnya.
Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Anak didik yang berminat terhadap suatu mata pelajaran akan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh, karena ada daya tarik baginya. Anak didik mudah menghafal pelajaran yang menarik minatnya. Minat merupakan alat motivasi yang utama yang dapat membangkitkan kegairahan belajar anak didik dalam rentangan waktu tertentu. Oleh karena itu, guru perlu membangkitkan minat anak didik agar pelajaran yang diberikan mudah anak didik pahami.


BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

• Motif diartikan sebagai suatu keadaan yang sangat komplek dalam organisme (individu) yang mengarahkan perilakunya kepada satu tujuan, baik disadari atau tidak. Perilaku tersebut bertujuan untuk mendapatkan insentif, jadi dapat disimpulkan bahwa adanya keinginan diluar need dan drives untuk memperoleh sesuatu hal.
• Motiv itu mempunyai sebuah teori yang pembagiannya di bagi menjadi 5 bagian.
• tujuan dari motivasi itu sendiri di sini terbagi menjadi tiga bagian.
• konsep motivasi dirujukkan kepada keadaan diri seseorang buat masa itu sahaja.

B.SARARN-SARAN
Dari semua yang telah kami tulis, jika ada kesalahan dan kekeliruan dalam penyusunan maupun penulisan makalah ini, kami mengharap kritik dan saran bagi pembaca yang budiman demi kelangsungan karya kami selanjutnya.














DAFTAR PUSTAKA

Gobel, Frank G, 1987, Mazhab Ketiga, Psikologi Humanistik Abraham Maslow Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Halmaik, Omar, 1994, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara
Hamalik, Omar, 2000, Psikologi Belajar dan Mengajar, Bandung: Sinar Baru,
http://pwkpersis.wordpress.com/2008/03/20/mengenal-hedonisme-lebih-dekat/
http://www.ugmc.bizland.com/ak-ertimotivasi.htm
Izanis, Izan, Konsep-Konsep Dasar Tentang Motivasi,
Paskarona, Narendra, 2009 Jenis-jenis Motivasi, http://wartawarga.gunadarma.ac.id
Purwanto, M. Ngalim. MP, 1996, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya
Sholihin, Muchlis, , 2006, Buku Ajar Psikologi Belajar PAI, Pamekasan: STAIN